Radarjakarta.id I Jakarta — Sejumlah prajurit Rusia dikabarkan ditembak oleh angkatan bersenjata negara itu sendiri akibat ada yang tak mau berperang di Ukraina.
Hal itu diungkap oleh dua prajurit Rusia yang ditawan Dinas Keamanan Ukraina (SBU). Salah satu tawanan diidentifikasi sebagai penembak senapan mesin di Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB).
Dalam sebuah video yang dipublikasi pada Senin (12/6) oleh SBU, prajurit penembak itu mengaku bahwa dirinya diperintah untuk menembaki para pembelot di Ukraina.
“Saya berdiri di baris kedua dan tidak membiarkan pasukan ‘Z-assault’ mundur. Perintahnya adalah menembak untuk membunuh jika mereka mundur,” kata prajurit tersebut, seperti dikutip Newsweek, Rabu (14/6).
SBU menyebut prajurit lain yang mereka tangkap ialah prajurit Z-assault. Pria itu disebut mengaku takut dibunuh rekan-rekannya sendiri jika melarikan diri dari pertempuran. Karenanya, ia memutuskan menyerahkan diri kepada pasukan Kyiv.
“Setelah tiba di sana [di posisi itu], kami tidak mendapatkan instruksi apa pun. Mereka menyuruh kami masuk ke semak-semak dan bersembunyi dari ‘burung-burung’. Ini adalah quadcopters,” ujar prajurit itu.
“Jika kami memutuskan mundur, kami diberitahu bahwa ada unit pemblokiran di belakang kami. Mereka akan menembak siapa pun yang melarikan diri.”
Menurut kantor berita Ukraina, Ukrinform, anggota FSB bertanggung jawab atas “unit pemblokiran”. Unit semacam itu bertugas menegakkan kedisiplinan militer, termasuk mencegah prajurit kabur dari medan perang.
Pengakuan prajurit ini sendiri muncul ketika saluran Telegram Ukraina menerbitkan rekaman drone yang menunjukkan tiga tentara Rusia menembak rekan-rekannya yang mundur.
Video itu diunggah oleh Ishi Svoikh dalam proyek ‘Look for Your Own’. Proyek itu dibuat dengan dukungan Kementerian Dalam Negeri Ukraina.
Kyiv Post menulis bahwa kantor berita Ukraina, UNIAN, mengonfirmasi keaslian video tersebut. UNIAN juga berhasil mengidentifikasi tentara yang melepaskan tembakan sebagai pasukan pemblokir.
Kepada Newsweek, penasihat politik pasca-Soviet dan politik internasional, Jason Jay Smart, mengatakan bahwa aksi Rusia itu merupakan “tradisi panjang dalam sejarah militer Rusia.”
Menurutnya, tindakan tega semacam itu sudah biasa terjadi sepanjang perang ini.
“Insiden ini, yang menunjukkan kurangnya perhatian atau minat dalam melestarikan kehidupan manusia, adalah lambang bagaimana militer Rusia berpikir dan berperilaku,” ujarnya. (*)