Ilustrasi Bahaya Teh Untuk Anak-anak.
Radarjakarta.id | JAKARTA – Viral media sosial ramai dengan peringatan tentang bahaya teh bagi anak-anak, yang disebut dapat ganggu penyerapan zat besi sehingga menyebabkan anemia.
Video ini diunggah di akun TikTok @dr.jatikusuma.spa dan telah dibagikan lebih dari 13,8 ribu kali. Dalam resep dokter yang diunggah, Jati Kusuma menekankan pentingnya zat besi bagi perkembangan otak dan sistem imun anak.
“Fungsi zat besi untuk membantu perkembangan otak, kecerdasan, kognitif, konsentrasi, dan IQ. Selain itu juga berguna untuk meningkatkan imunitas kekebalan tubuh, sumber energi otot untuk keterampilan motorik, dan mencegah stunting,” tulis foto resep dokter yang ramai dibagikan tersebut.
Resep berisi imbauan untuk tidak memberikan teh pada anak sebagai minuman viral di media sosial. Imbauan itu menyebut bahwa kebiasaan memberikan teh pada anak dapat mengganggu proses penyerapan zat besi, sehingga dapat meningkatkan risiko anemia.
Postingan itu juga menyebut zat besi memiliki banyak sekali manfaat untuk anak khususnya dalam perkembangan otak, meningkatkan imunitas, sumber energi otot untuk keterampilan motorik, hingga mencegah stunting pada anak.
“Zat besi berfungsi untuk membantu perkembangan otak, meningkatkan imunitas, memberikan energi, serta mencegah stunting,” tulis Jati.
Dokter Jati menceritakan pengalamannya saat melakukan kunjungan ke rumah sakit. Dia menjumpai seorang anak berusia dua tahun dengan kadar hemoglobin (Hb) yang sangat rendah, yakni 8,7, padahal seharusnya berada di atas 11,0. Dia menjelaskan bahwa anemia defisiensi besi adalah kekurangan mikronutrien yang sulit terdeteksi.
“Kekurangan mikronutrien besi sering kali tidak menunjukkan gejala, sehingga orang tua biasanya tidak menyadari masalah ini,” ungkapnya.
Dokter Jati mencatat bahwa kadar Hb anak tersebut diketahui menurun drastis saat dirawat karena penyakit lain, yaitu bronkopneumonia. Menurutnya, salah satu penyebab anjloknya kadar Hb adalah kebiasaan orang tua yang memberikan teh kepada anak.
“Pasien ini sering diberikan teh oleh orang tuanya, yang beralasan anaknya lebih suka teh. Padahal, teh menghambat penyerapan zat besi,” ujarnya.
Berdasarkan pengalamannya, dokter Jati menyebut bahwa kasus ini sering terjadi, terutama di wilayah perkotaan.
“Ini bukanlah kejadian yang jarang; banyak kasus serupa yang sulit dideteksi,” tambahnya.
Ia pun mengingatkan masyarakat agar menghindari pemberian teh kepada anak-anak dan memberikan edukasi kepada keluarga mengenai bahaya teh bagi balita.
Saya mohon kepada semua orang dewasa untuk tidak memberikan teh kepada anak,” tutupnya.***