Radarjakarta.id | JAKARTA – Uskup Keuskupan Agung Jakarta Romo Kardinal Ignatius Suharyo menyampaikan pandangan ihwal kritik dari kalangan akademisi untuk pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia mengawali pandangannya dengan menyinggung sejarah dalam perspektif iman Kristiani.
Menurutnya, dalam sejarah umat kristiani kerajaan disamakan dengan kekuasaan.
“Dalam sejarah itu selalu ada kerajaan. Dan kerajaan itu sama dengan kekuasaan. Dan kita semua tahu semua kekuasaan itu berbahaya kalau tidak dijalankan dengan baik,” kata Romo Ignatius Suharyo di Graha Oikoumene, Salemba, Senin (5/2/2023).
Romo Suharyo mengatakan, penyampaian sikap politik terhadap penguasa sejatinya telah ada sejak zaman kenabian.
Ia pun menilai setiap zaman berjalan seperti itu, sehingga, jika para akademisi menyerukan kritik terkait moral, itu tanggung jawab mereka dan ditujukan kepada institusi yang memegang kekuasaan.
“Saya kira setiap jaman pasti seperti itu. Jadi kalau para akademisi itu menyerukan seruan moral itu tanggung jawab mereka, dan jelas ditujukan pada institusi yang memegang kekuasaan,” tambahnya.
Romo Kardinal berharap agar seruan dari para akademisi tersebut didengarkan oleh penguasa agar terhindar dari kejatuhan.
“Semoga seruan seperti itu didengarkan, harapannya itu. Nanti kalau tidak di dengarkan, ya dalam sejarah juga jelas, ketika kekuasan tidak mendengarkan kritik-kritik bahayanya adalah tumbang,” katanya.
Karena itu, menurut Romo Kardinal, kekuasaan dan kritik itu dua hal yang mesti berjalan bersama-sama.
Seperti diketahui, sampai saat ini sedikitnya 59 perguruan tinggi ternama di Indonesia maupun beberapa organisasi kemasyarakata menyampaikan kritik, pernyataan sikap dan petisi terkait kondisi bangsa saat ini. Para akademisi maupun aktivis merasa prihatin atas sikap penguasa yang terkesan otoriter, tidak netral dan mengabaikan demokrasi menjelang Pemilu 2024. | Faisal 6444*