Radarjakarta.id I Jakarta – Kondisi cuaca panas ekstrem akibat fenomena El Nino mengancam gangguan produksi biji robusta pada negara produsen kopi besar seperti Vietnam dan Indonesia. Asia Tenggara akhir-akhir ini memang dilaporkan mengalami cuaca panas, bahkan sampai memecahkan rekor pada pertengahan Mei.
Akibatnya, harga kopi robusta terancam melonjak. Asia, secara umum, lebih menyukai Robusta daripada Arabika, dan dengan demikian permintaan Robusta tumbuh dengan kecepatan yang jauh lebih cepat.
Adapun biji Robusta terkenal dengan karena karakteristiknya yang pahit dan keasaman yang lebih tinggi, mengandung lebih banyak kafein daripada kopi arabika premium yang lebih mahal. Bila produksinya menurun, harga kopi instan dan espresso yang sering dibuat dengan biji robusta dapat melonjak di tengah permintaan pasokan yang tinggi. Ini kemudian mendorong konsumen beralih ke arabika.
“Di seluruh Asia Tenggara, kondisi El NiƱo dikaitkan dengan curah hujan di bawah rata-rata dan suhu yang lebih tinggi, yang keduanya menekan produksi kopi,” kata laporan BMI tersebut, Sabtu (10/6/2023).
Adapun Vietnam, Indonesia, dan Brasil adalah produsen robusta terbesar, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian.
“Kami memperhatikan hujan lebat di Indonesia selama Q123, yang berdampak negatif pada kualitas biji kopi, dengan USDA memperkirakan penurunan sekitar seperlima dalam produksi kopi robusta,” kata para analis.
Carlos Mera, kepala pasar komoditas pertanian di Rabobank memperkirakan penurunan produksi sebesar 10% menjadi 11,2 juta kantong robusta pada panen mendatang.
Sementara itu, permintaan Biji Robusta kian meningkat. Biji Robusta menyumbang 40% dari produksi kopi dunia, sementara 60% sisanya dari biji arabika. Meskipun kualitas arabika lebih tinggi, tekanan ekonomi global meningkatkan permintaan ke arah robusta.
Sementara itu, harga kopi Robusta baru-baru ini melonjak ke level tertinggi dalam 15 tahun, sebesar $2.783 (Rp41,43) per ton menjelang akhir Mei. Sedangkan, premium harga biji arabika anjlok ke level terendah sejak 2019 karena melonjaknya permintaan biji kopi yang relatif lebih murah.
Natalia Gandolphi, analis di Intelijen Pasar Global HedgePoint, memperkirakan defisit 4,16 juta karung robusta untuk periode Oktober 2023 hingga September 2024.
El Nino adalah fenomena cuaca yang biasanya membawa kondisi yang lebih panas dan lebih kering dari biasanya ke Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur. Ilmuwan iklim memperkirakan bahwa El Nino tahun ini dapat turun pada paruh kedua tahun 2023. (*)