Viral! Israel Tak Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus, Dunia Kecewa Berat

banner 468x60

RADAR JAKARTA|Yerusalem – Dunia bersiap mengucapkan selamat jalan kepada Paus Fransiskus dalam pemakaman kenegaraan yang akan digelar Sabtu (26/4/2025). Namun, satu hal mencolok jadi sorotan global: tidak ada satu pun pejabat tinggi Israel yang hadir dalam upacara duka pemimpin spiritual umat Katolik tersebut.

Langkah kontroversial ini menciptakan gelombang kritik, kekecewaan, bahkan kemarahan, terutama dari kalangan Gereja Katolik di Yerusalem dan komunitas Kristen di Israel. Hanya satu perwakilan yang dikirim: duta besar Israel untuk Vatikan—sebuah kehadiran yang dianggap simbolis, namun kosong makna diplomatik.

Menurut laporan eksklusif Haaretz, ketidakhadiran ini erat kaitannya dengan ketegangan antara Israel dan Vatikan yang memuncak selama konflik militer di Gaza. Paus Fransiskus dikenal vokal membela rakyat Palestina, mengecam kekerasan terhadap warga sipil, dan menyerukan akses penuh terhadap bantuan kemanusiaan. Kritik kemanusiaan yang ia sampaikan membuat banyak pejabat Israel bersikap defensif bahkan menganggapnya “berpihak”.

Diplomasi Dingin dan Penghapusan Belasungkawa

Kontroversi makin panas setelah Kementerian Luar Negeri Israel diam-diam memerintahkan penghapusan semua unggahan belasungkawa untuk Paus di media sosial resmi kedutaan-kedutaan besar. Unggahan yang sempat muncul, seperti: “Beristirahatlah dalam damai, Paus Fransiskus. Semoga kenangannya menjadi berkat,” hilang dalam hitungan jam.

Penghapusan itu, menurut harian Yedioth Ahronoth, tidak disertai penjelasan. Para diplomat pun frustrasi. Beberapa menyuarakan kekhawatiran dalam grup WhatsApp internal: “Kami hanya menyampaikan belasungkawa, tapi malah diperintahkan menghapusnya. Ini mempermalukan Israel di mata dunia.”

Lebih dari itu, para diplomat juga dilarang menandatangani buku belasungkawa di kedutaan Vatikan.

“Ini Bukan Sekadar Ketidakhadiran, Ini Pesan Politik”

Sejumlah pengamat menilai langkah Israel bukan sekadar diplomasi dingin, tapi sinyal kuat bahwa pemerintah Netanyahu tidak ingin memberi penghormatan simbolik kepada pemimpin yang berani mengkritik tindakan militernya. “Paus adalah suara moral dunia. Mengabaikannya berarti menolak nilai kemanusiaan,” ujar seorang analis hubungan internasional.

Ketegangan ini menjadi kontras mencolok dibanding tahun 2005, ketika Paus Yohanes Paulus II wafat. Saat itu, Israel mengirim delegasi tingkat tinggi: presiden, menteri luar negeri, hakim agung, bahkan kepala rabi.

Kini, diamnya Netanyahu dan penghapusan ucapan duka dari pejabat Israel memicu pertanyaan besar: Apakah Israel siap kehilangan simpati umat Katolik dunia?

Paus Fransiskus: Suara Kemanusiaan yang Tak Terbungkam

Paus Fransiskus meninggal dunia pada usia 88 tahun. Selama masa kepemimpinannya, ia dikenal sebagai sosok pemersatu, penyayang kaum tertindas, dan tak gentar mengkritik kekuasaan yang melukai kemanusiaan. Dalam konflik Gaza yang telah berlangsung 18 bulan, ia konsisten menyuarakan penderitaan rakyat Palestina.

Tak heran, ribuan penghormatan mengalir dari warga sipil di Gaza dan dunia Muslim, menyebutnya sebagai “Paus yang berdiri bersama rakyat tertindas.”

Dampak Global: Retaknya Citra dan Diplomasi

Keputusan Israel kini menjadi bumerang. Selain memicu kritik internasional, kebijakan itu juga memicu ketegangan di internal kementerian luar negeri. “Kami kehilangan momen untuk menunjukkan sisi manusiawi negara ini,” ujar seorang diplomat senior.

Dalam konteks lebih luas, ketegangan ini memperdalam jurang antara dua pusat spiritual dunia Yerusalem dan Vatikan. Di tengah dunia yang haus akan perdamaian, keheningan Israel di pemakaman Paus Fransiskus terasa begitu lantang.***

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60