Wayang Babad Kartasura Pentas di Pura Mangkunegaran Surakarta

banner 468x60

RADAR JAKARTA | Surakarta – Dalam rangka mangayubagya Tingalan Jumenengan S.I.J.K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X yang ke-3, pagelaran wayang Babad Kartasura kembali dipentaskan untuk keempat kalinya. Acara ini berlangsung di Pamedan Pura Mangkunegaran pada Sabtu, 8 Februari 2025, dengan lakon Pangeran Samber Nyawa. Pementasan ini menghadirkan kolaborasi dua dalang muda dari Kartasura, yaitu Ki Tulus Raharjo, S.Sn., dan Ki Amar Pradopo, S.I.Kom.

Wayang Babad Kartasura, Sejarah yang Nyata

Pemrakarsa Wayang Babad Kartasura, K.R.A. Dr. H. Djuyamto Rekso Adiningrat, S.H., M.H., menjelaskan bahwa wayang ini berbeda dari wayang Mahabharata dan Ramayana karena tokoh-tokohnya merupakan sosok nyata dalam sejarah.

“Lakon Pangeran Samber Nyawa ini benar-benar nyata dan telah diakui sebagai Pahlawan Nasional karena kegigihannya dalam melawan kolonial Belanda. Apresiasi dari pihak Pura Mangkunegaran terhadap wayang Babad Kartasura dengan lakon ini sangat tepat, karena sejarahnya memang demikian,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X karena telah menciptakan tradisi baru dalam peringatan Jumenengan dengan menggelar pentas wayang Babad Kartasura.

“Pangeran Samber Nyawa merupakan pendiri Pura Mangkunegaran. Artinya, siapa pun yang meneruskan tahta Pura Mangkunegaran harus mengingat dan mengamalkan nilai-nilai yang dicontohkan oleh beliau,” tambahnya.

Apresiasi dari K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X

K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X sendiri sangat mengapresiasi pementasan ini.

“Saya sangat senang karena ini adalah kali kedua saya menyaksikan wayang Babad Kartasura, setelah sebelumnya digelar di Masjid Raya Sheikh Zayed. Saya berharap pementasan ini dapat mengajak generasi muda untuk mencintai dan melestarikan budaya, khususnya di Mangkunegaran,” ungkapnya.

Antusiasme Warga dan Harapan ke Depan

Pagelaran wayang ini mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Warga yang hadir tampak menikmati pertunjukan hingga acara berakhir.

Menurut Ki Tulus Raharjo, lakon Pangeran Samber Nyawa diangkat untuk menanamkan nilai-nilai kepahlawanan dan nasionalisme, salah satunya melalui semboyan Tiji Tibeh (Mati Siji Mati Kabeh, Mukti Siji Mukti Kabeh), yang berarti tidak ada jarak antara penguasa dan rakyat—semua adalah satu kesatuan.

Sementara itu, Ki Amar Pradopo menambahkan bahwa pementasan ini adalah langkah awal dalam mengenalkan sejarah Kerajaan Mataram di Jawa melalui wayang Babad Kartasura.

“Semoga dengan dipentaskannya wayang Babad Kartasura yang keempat kalinya ini, masyarakat, khususnya generasi muda, bisa mendapatkan edukasi sejarah yang lebih mendalam,” harapnya. | Eva*

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60