Radarjakarta.id | JAKARTA – Hutan Kota Kecapi, Petukangan, Jakarta Selatan, menjadi saksi berlangsungnya acara penting yang dihadiri oleh berbagai kalangan untuk melestarikan seni bela diri asli Betawi, Beksi.
Petukangan, dikenal sebagai pusat seni bela diri tradisional Beksi, mendapat kunjungan istimewa dari Kominfo DKI Jakarta. Kunjungan ini bertujuan untuk melihat langsung perkembangan kebudayaan Betawi, khususnya Beksi yang terus diwariskan di daerah tersebut.
Acara yang diadakan di Hutan Kota Kecapi ini melibatkan peserta dari berbagai usia, mulai dari pelajar SMP, SMK, hingga para orang tua. Tidak ketinggalan, para siswa/i dari Putra Satria turut mengambil peran aktif dalam pelatihan dan demonstrasi Beksi. Mereka memperlihatkan keterampilan dalam gerak bersama hingga tunggal, kembangan, menampilkan seni bela diri yang memadukan teknik dan filosofi.
Acara ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dari keluarga besar Beksi, di antaranya Baba Soleh selaku anak alm H. Hasbullah, Baba Dasik salah satu sesepuh Beksi dan H. Naupal Haryawan sebagai Ketua Yayasan Kampung Silat Petukangan pun turut hadir dan menyampaikan harapannya dalam wawancara eksklusif.
Beliau menekankan pentingnya melestarikan seni bela diri tradisional seperti Beksi agar terus dikenal dan dihargai generasi mendatang,“Kami berharap dengan adanya dokumentasi dan kunjungan ini, Beksi dapat menjadi daya tarik bagi semua kalangan untuk lebih memperhatikan kebudayaan kita sendiri. Beksi adalah wujud bakti kepada sesama manusia,” ungkap H. Naupal Haryawan dengan penuh takzim.
Acara berlangsung dengan lancar dan khidmat. Dimulai dari sesi latihan bersama, demonstrasi tunggal, hingga sambutan dari para tokoh.
Kunjungan ini menjadi bukti nyata upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mendukung pelestarian budaya lokal, serta memberikan harapan agar generasi muda dapat lebih mengenal, mempelajari dan mengapresiasi seni bela diri asli Indonesia.
Dengan adanya kunjungan ini, diharapkan seni bela diri Beksi akan semakin dikenal dan diapresiasi tidak hanya oleh masyarakat Petukangan, tetapi juga oleh masyarakat luas, baik nasional maupun internasional.***