Radarjakarta.id | JAKARTA – Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang terus berkembang di masyarakat Islam. Adanya peringatan Maulid Nabi ini merupakan ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW saat lahir ke dunia yang jatuh pada 12 Rabiul Awal tahun 571 Masehi, dikenal sebagai tahun gajah.
Secara pengertian, kata “Maulid” dalam bahasa Arab berasal dari “Milad” yang berarti hari lahir, sementara “Nabi” merujuk pada Nabi Muhammad SAW.
Rabiul Awal dalam penanggalan hijriyah merupakan bulan kelahiran dari Nabi Muhammad SAW yang penuh berkah, dan sesuai dengan perintah Allah SWT yang telah mengutusnya sebagai rahmat untuk alam semesta.
Rahmat yang berarti karunia dari Allah SWT untuk seluruh makhluk yang ada di alam semesta. Hal ini tertulis dalam surat Al-Anbiya ayat 107 yang memiliki arti “Dan tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Nabi Muhammad SAW merupakan sosok yang teladan sehingga wajar banyak umat Islam yang ikut berbahagia ketika memperingati kelahirannya dan menyanjung beliau untuk mendapatkan syafaat.
Hal ini tertulis dalam surat Al-Ahzab ayat 21 yang secara garis memiliki arti bahwa Rasulullah merupakan suri teladan yang baik untuk orang-orang yang mengharapkan rahmat dari Allah SWT dan menunggu datangnya hari kiamat dengan memperbanyak mengingat Allah SWT.
Tradisi ini telah menjadi salah satu momen penting bagi umat Islam di berbagai belahan dunia untuk mengenang kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Peringatan ini tidak hanya sekadar memperingati hari lahir, tetapi juga momentum untuk mengingat kembali perjalanan hidup, perjuangan, dan akhlak Rasulullah sebagai panutan bagi umat Islam.
Bagi umat Islam, peringatan Maulid Nabi merupakan wujud penghormatan atas kebesaran dan keteladanan Nabi Muhammad SAW, yang dilakukan melalui berbagai kegiatan keagamaan. | Ustad Khairudin*