Radarjakarta.id | JAKARTA — Radio Elshinta menggelar sebuah diskusi yang sangat dinantikan oleh banyak kalangan. Acara ini menghadirkan dua narasumber penting, yaitu Antonius Benny Susetyo, Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, dan Gus Islah Bahrawi, seorang cendekiawan Muslim terkemuka. Diskusi ini berfokus pada informasi dari Jamaah Islamiyah (JI) tentang pembubaran organisasinya dan kembalinya ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terjadi pada Minggu, 30 Juni 2024. Mantan amir atau ketua JI, Abu Rusdan, juga menyatakan kesiapannya untuk turut terlibat aktif dalam mengisi kemerdekaan. Perbincangan ini membahas metode deradikalisasi yang diterapkan dengan pendekatan humanis dan non-kekerasan, yang dianggap berhasil dalam mengubah pola pikir para mantan pengikut organisasi radikal ini kembali kepada nilai-nilai Pancasila.
Selain itu, diskusi juga menyoroti metode yang tepat dan efektif untuk menjaga kontinuitas deradikalisasi tersebut.
Antonius Benny Susetyo membuka diskusi dengan menyoroti makna penting dari pembubaran Jamaah Islamiyah. “Pembubaran Jamaah Islamiyah adalah langkah yang sangat besar dalam sejarah upaya deradkalisasi di Indonesia,” ujarnya. Ia menjelaskan bahwa informasi ini bukan sekadar formalitas, melainkan cerminan perubahan paradigma dalam pola pikir para mantan anggota JI.
Benny menyebut bahwa keputusan ini menunjukkan keberhasilan program deradikalisasi yang dilakukan . Lebih lanjut, Benny menjelaskan bahwa selama bertahun-tahun, JI dikenal sebagai organisasi yang memiliki jaringan luas dan struktur yang solid. Mereka telah terlibat dalam berbagai aksi yang menciptakan ketakutan di masyarakat.
“Ketika sebuah organisasi sebesar dan sekuat JI memutuskan untuk membubarkan diri dan kembali ke pangkuan NKRI, itu berarti ada perubahan fundamental dalam cara mereka melihat dunia,” katanya dalam pendekatannya yang lebih filosofis, menambahkan bahwa pembubaran ini menunjukkan adanya keinginan kuat dari para mantan anggota JI untuk memperbaiki diri dan kembali ke jalan yang benar.
“Ini adalah sebuah tanda bahwa ada kesadaran yang tumbuh dalam diri mereka, bahwa jalan yang mereka pilih sebelumnya adalah keliru, kita juga perlu mengapresiasi peran ulama dan tokoh masyarakat dalam proses deradikalisasi ini. Menurutnya, tanpa dukungan dari tokoh agama yang dihormati, proses deradikalisasi tidak akan berjalan efektif,” Tambahnya.
Antonius Benny Susetyo kemudian menjelaskan lebih lanjut tentang metode deradikalisasi melalui pendekatan humanis dan non-kekerasan adalah kunci utama dalam mengubah pola pikir para mantan anggota organisasi radikal.
“Kita mengedepankan dialog, pendidikan, dan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Pancasila,” kata Benny.
Ia juga menambahkan bahwa pendekatan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga, tokoh agama, dan masyarakat. Pendekatan humanis yang dimaksud oleh Benny mencakup berbagai strategi yang bertujuan untuk menyentuh hati dan pikiran para mantan anggota JI. Salah satu strategi tersebut adalah mengadakan dialog secara berkala antara mantan anggota JI dengan para tokoh agama dan masyarakat.