RadarJakarta.id | JAKARTA – Setiap daerah memiliki menu sarapan pagi dengan ciri khasnya masing-masing. Di Tegal, Jawa Tengah sendiri memiliki ciri khas sarapan pagi yang unik.
Kota Tegal yang dijuluki Kota Bahari yang berada di jalur pantura (pantai utara) ini setiap paginya menyajikan menu sarapan dengan sepincuk atau sebungkus nasi yang hanya dilengkapi dengan tempe orek dan mie yang di goreng.
Ya, disebut Nasi Ponggol. Menu ini adalah nasi yang dibungkus dengan daun pisang. Untuk orang Tegal nasi ponggol identik dengan menu sarapan pagi karena mereka punya kebiasaan makan nasi ponggol pada pagi hari.
Namun, saat ini menu tersebut tidak hanya dijumpai pada pagi hari tetapi sore hingga malam hari bisa anda cari.
Kuliner ini sesuai dengan namanya yang memilik cita rasa pedas yang terasa sampai dalam, tapi ada juga masyarakat yang menyebutnya dengan nama nasi ponggol setan karena makanan ini menyajikan penjualannya hingga dini hari atau tengah malam.
Mengapa disebut Nasi Ponggol ?
Dilansir dari beberapa sumber, menu ini telah menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat Tegal. Ponggol sendiri menurut masyarakat asli Tegal Maksudnya adalah wadahnya terbuat dari daun dan pincuknya menguncinya dengan dua lidi pada bagian kanan dan kiri. Ada satu lauk yang utama yang harus ada pada kuliner ini yaitu sambal goreng tempe atau juga yang menyebutnya orek tempe.
Tempe ini mengolahnya menjadi pedas bersantan yang memasaknya hingga kering seperti oreg tempe. Sebelum mengolah tempenya menjadi sambal goreng , tempe terlebih dahulu memotongnya dengan bentuk dadu kemudian menjemurnya pada bawah panas matahari selama satu hari. Dengan proses cara inilah yang membuat olahan sambal goreng mempunyai cita rasa yang khas.
Nasi ponggol paling enak dan pas menikmatinya dalam keadaan hangat. Rasa sambal goreng tempe yang manis, gurih dan pedas menambah nikmat rasa nasi putih yang pulen.
Nah, buat teman-teman yang dari luar daerah jika mengunjungi Tegal, Jawa Tengah jangan lupa untuk mencicipi Nasi Ponggol. Dijamin nyesel deh kalau gak nyobain. | ibeng*