Pendaki Gunung Marapi Alami Hujan Batu, M. Fadli: Saya tepis dengan tangan kosong, jari saya patah..

banner 468x60

Tak lama kemudian, asap hitam menyelimuti langit. Lalu asap hitam dan debu pekat membekap mata Fadli. Ia benar-benar tidak bisa melihat di sekitarnya.

“Saat itu kami tetap bersembunyi di balik batu dan saya tidak mengetahui lagi tentang teman-teman saya yang lain,” lanjutnya.

Batu yang beterbangan juga menghantam bagian kepala salah satu temannya sehingga hampir kehilangan kesadaran.

Di tengah situasi asap hitam dan debu disertai hujan batu, Fadli yang saat itu masih bersama tiga rekannya, perlahan-lahan bergerak turun. Mereka berusaha menghindari awan panas.

“Kami terus mencoba bergerak ke arah bawah dengan terus mencari tempat bersembunyi di bebatuan,” katanya.

“Saya mencoba bergeser ke bawah itu, untuk mencari jaringan (sinyal) untuk menghubungi pihak pos penjagaan dan meminta agar kami dijemput,” lanjutnya.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Ia mengatakan “tidak ada firasat” apa pun saat mendaki Gunung Marapi di Sumbar dengan ketinggian hampir setara dengan Gunung Merbabu di Jawa Tengah. “Kami naik hari Sabtu dan bersama-sama mendaki dan saling membantu dalam segala hal,” katanya.

Pada Minggu (03/12) ia bersama belasan temannya langsung menuju puncak untuk melihat matahari terbit dan menikmati pemandangan.

“Sebelum menuju puncak, kami sempat makan terlebih dulu. Karena pagi itu kami cukup lapar,” lanjutnya.

Di puncak Gunung Marapi, ia bersama temannya berfoto dan bersenda gurau sembari menikmati pemandangan yang indah.

“Sungguh tidak saya sangka gunung akan erupsi. Karena tidak ada tanda-tanda yang kami rasakan,” katanya.

Orang tua sempat kehilangan
Ibunda Fadli, Meri Deswati, mengaku baru mengetahui keberadaan anaknya Minggu malam (03/12).

“Dari jam setengah delapan malam. setelah dihubungi oleh kakaknya yang berada di Pekanbaru [Provinsi Riau] yang menyatakan bahwa nama Fadli ada dalam daftar korban erupsi Gunung Marapi,” katanya.

Meri terkejut, karena Fadli tidak memberitahu akan naik gunung. Padahal anaknya itu sudah berkali-kali mendaki gunung, dan selalu izin dengan orang tua.

“Dia sudah sering melakukan pendakian dan kali ini dia tidak meminta izin kepada saya saat akan melakukan pendakian,” katanya.

Dari malam itu, Meri bersama keluarganya terus mencari tahu keberadaan anaknya, sampai mendapat lokasi tempat ia dirawat di RSUD Padang Panjang. “Saya lihat ada [Fadli] tanda di hape itu yang sudah dievakuasi,” katanya.

Menurut Fadli, dirinya sudah melakukan pendakian sebanyak 10 kali dan pada pendakiannya yang ke 10 itu ia mendapatkan sebuah pengalaman yang sangat berharga.

“Saya sudah mendaki Gunung Marapi ini beberapa kali, Gunung Talang dan Gunung Singgalang,” tuturnya.

Berdasarkan data Basarnas, setidaknya 75 pendaki sempat terjebak saat Gunung Marapi mengalami erupsi. Sebanyak 11 ditemukan meninggal dunia, dan 12 lainnya belum ditemukan. | Eka*

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60