RadarJakarta.id | MEDAN – Minangkabau memiliki banyaknya budaya yang ditandai dengan adanya tradisi atau kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Aneka tradisi ini mengandung nilai luhur yang seharusnya tetap dijaga oleh di Ranah Minang.
Salah satu tradisi yang masih populer hingga kini adalah membuat lamang atau malamang. Tradisi ini dapat ditemui di seluruh wilayah Provinsi Sumatera Barat, baik di daerah darat seperti Solok, Payakumbuh, Agam, Tanah Datar, maupun di daerah pesisir pantai seperti Padang, Pariaman, dan Pesisir Selatan.
Tradisi malamang ini juga terdapat pada daerah lain yang merupakan dahulunya merupakan rantau Minangkabau seperti Tapak Tuan, Mukomuko, Kerinci, Tebing Tinggi, serta di Negeri Sembilan (Malaysia). Keberadaan malamang pada daerah-daerah tersebut diperkirakan dibawa oleh orang Minangkabau pada masa dahulu yang merantau dan kemudian menetap disana secara turun menurun.
Tradisi Malamang di Minangkabau
Salah satu tradisi yang telah berlangsung sejak dahulu di Minangkabau dan pada masa sekarang adalah tradisi malamang (membuat lamang). Lamang adalah makanan yang terbuat dari ketan (puluik) yang dimasak bersama santan dan dikemas dalam wadah bambu, kemudian dimasak dengan perapian atau unggun yang sengaja dibuat untuk itu memasaknya.
Lamang merupakan salah satu makanan tradisional khas masyarakat Minangkabau. Sama Seperti halnya dengan rendang, katupek (ketupat), dan sebagainya. Malamang adalah proses pembuatan yang dilakukan untuk membuat lamang, dan tradisi membuat lamang itu lazim disebut dengan tradisi malamang.
Kapan Malamang Digelar?
Tradisi malamang biasanya dilakukan menjelang bulan Ramadhan, lebaran Idul Fitri dan Idul Adha, peringatan Maulid Nabi, baralek (pesta pernikahan), perayaan hari kematian, dan lain sebagainya.
Hal tersebut mencerminkan bahwa, malamang tidak saja sebagai kebiasaan atau tradisi semata oleh masyarakat di Minangkabau, melainkan tradisi ini memiliki nilai ekonomis atau dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga.
Di beberapa kabupaten di Provinsi Sumatera Barat (Minangkabau), lamang biasanya dijadikan sebagai barang bawaan atau buah tangan dari keluarga perempuan ke rumah keluarga laki-laki (manjalang), atau ketika seorang menantu perempuan berkunjung ke rumah mertuanya.
Dikutip dari jurnal yang berjudul Lamang Dan Tradisi Malamang Pada Masyarakat Minangkabau. Di Tanah Datar, tepatnya di Nagari Limokaum, keahlian membuat lamang menjadi sumber mata pencarian keluarga dengan menjualnya pada balai atau pakan (pasar tradisional) di daerah sekitarnya.