Radarjakarta. Id | LUAR NEGERI – Malapetaka” baru bumi yakni fenomena cuaca ekstrem kembali memakan korban. Pemerintah Catalonia, Spanyol, mengumumkan keadaan darurat regional sejak pekan lalu.
Kekeringan yang panjang diyakini akan segera datang. Protokol darurat pemerintah mendesak warga untuk menghemat penggunaan air.
Warga kota-kota Catalonia harus membatasi konsumsi air hingga 200 liter per kapita per hari. Di Juli, konsumsi air warga sekitar 243 liter.
“Kami sudan mengalami kekeringan selama 30 bulan,” kata Direktur Badan Air Catalan (ACA) Samuel Reyes pada konferensi pers menjelaskan fenomen kekeringan yang sebenarnya sudah terasa sejak 2022, Selasa (8/8/2023).
“Pemotongan air seringkali kontraproduktif karena warga mulai mengisi bak mandi atau menimbun air saat dinyalakan. Sebaliknya, kami mendorong mereka untuk memasang peralatan yang menurunkan tekanan air,” tambah Reyes.
Sebenarnya, negara Eropa lain juga melaporkan turunnya debit air di sungai maupun penampungan. Di Jerman, kedalaman Sungai Rhein menyusut dan mengancam industri yang seringkali menggunakan jalur air itu untuk distribusi logistik.
Di Turki, tingkat air keseluruhan di bendungan Istanbul mencapai 37,49%. Ini menunjukkan penurunan yang signifikan dari pengukuran tahun sebelumnya sebesar 66,79%.
“Ini menandai nilai terendah untuk bulan Juli sejak 2014, menyisakan hanya 325,7 juta meter kubik (mcm) air di waduk Istanbul,” kata otoritas setempat.
Sebelumnya kekeringan diyakini akibat fenomena El Nino di dunia. Salah satu lembaga resmi PBB, Badan Meteorologi Dunia (WMO) mengumumkan dunia sudah memasuki permulaan El Nino sejak awal Juli.
Hal ini memberi ruang bagi kemungkinan lonjakan baru suhu global dan kondisi cuaca ekstrem. Dalam sebuah pernyataan, WMO memperkirakan bahwa ada kemungkinan 90% dari peristiwa El Nino bertahan hingga paruh kedua tahun ini.
“Permulaan El Nino akan sangat meningkatkan kemungkinan pecahnya rekor suhu baru dan memicu panas yang lebih ekstrim di banyak bagian dunia dan di lautan,” kata Sekretaris Jenderal WMO, Petteri Taalas.
“Deklarasi El Nino oleh WMO adalah sinyal bagi pemerintah di seluruh dunia untuk memobilisasi persiapan guna membatasi dampak terhadap kesehatan kita, ekosistem kita, dan ekonomi kita,” tambahnya.
“Peringatan dini dan tindakan antisipatif dari peristiwa cuaca ekstrem yang terkait dengan fenomena iklim besar ini sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian,” ujarnya lagi.
El Nino adalah bagian dari pola yang lebih besar bernama El Nino-Southern Oscillation (ENSO). Ini merupakan sistem iklim alami yang ditandai dengan suhu permukaan laut yang lebih hangat dari rata-rata di Samudra Pasifik dekat khatulistiwa dan menjadi fenomena setiap 2-7 tahun sekali. | Red*