Radarjakarta.id I JAKARTA – Kisah mengharukan dialami oleh seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) saat harus merawat anak majikannya yang merupakan seorang berkebutuhan khusus atau disabilitas hingga ke Indonesia.
Wanita bernama Siti berbesar hati untuk merawat anak majikannya yang bernama Wang. Padahal Wang saat ini sudah berusia 26 tahun dan diduga dibuang oleh keluarga besarnya.
Siti yang sudah dianggap sudah berhasil merawat Wang akhirnya dipasrahkan oleh ayah Wang yang kini telah meninggal dunia untuk dirawat di Indonesia. Kisah perjalanan Siti dan Wang berhasil menyentuh hati warganet di tanah air. Dilansir dari akun Tiktok @.ulum855 berikut adalah kisah selengkapnya.
Siti bercerita awal mula kedekatannya dengan Wang. Siti merawat Wang selama 6 tahun dengan kondisi yang sempat tak berdaya.
Menurut penuturannya, dahulu Wang tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan kondisi kulitnya juga berwarna kuning dan tidak bisa berjalan. Namun setelah dirawat olehnya, Wang sudah mulai menunjukkan banyak perubahan.
“Awalnya saya mau pulang pas kaya gitu kan sama bos ‘cuco beti’ kalau bisa jangan pulang, kayak gitu kan banyak kemajuan, kalau dulu gak bisa jalan. Bener bener gak bisa jalan di papah dua, terus badannya juga kuning,” ucap Siti.
“Lambat taun lambat taun dia banyak perubahan sama saya, bisa jalan tanpa digandeng, cuma tangan doang kaya gitu badannya pun normal nggak kuning banget kaya gitu,” tambahnya.
Siti bertekad untuk tetap pulang ke Indonesia, namun sang majikan harus mendapatkan penggantinya. Majikan Siti sudah tujuh kali mencari TKW kaburan namun selalu berakhir gagal.
Banyak pekerja kaburan yang pergi dan tidak membuat Wang nyaman hingga sakit-sakitan.
“Terus pas mau 6 tahun itu saya mau pulang, saya nggak bisa balik lagi. Gimana ti, kaya gitu coba ya kita jajal ngambilin anak kaburan. Nggak cocok malah dia yang sakit-sakitan,” kata Siti.
Siti sempat melakukan percakapan panjang dengan majikannya perihal pengasuhan Wang. Sampai akhirnya dirinya menawarkan diri untuk mengasuh sepenuhnya Wang di Indonesia.
“Pas itu tuh ti gimana coba ya kita ke panti asuhan. Ditolak mulu dia kan nggak bisa makan sendiri. Pakai baju pun harus dipakein, mandi pun harus dimandiin, semua bantuan lah. Saya acungkan tangan, jadi banyak dari sekolah kan diajukan ke panti asuhan. Ikut saya pastinya dia bisa pakai baju dan bisa makan sendiri ti katanya gitu ke saya, bosnya itu nangis ke saya. Gimana dong bos? Saya gak bisa nambah (kerja) lagi. Kayak gitu karena saya butuh. Dianya entar ngelamun, enggak tega juga kan sudah kakek-kakek,” lanjutnya.
“Bos percaya gak sama saya? kalau percaya saya bawalah gitu. Saya bawa ke Indonesia saya jaga di sana. Dianya nangis tuh, Pas sebulan kamu lihat gak ada pilihan lain tapi, saya titip ke kamu. Saya kasih ke kamu. Kalau saya kasihin ke kakaknya gak mungkin gitu,” tambahnya.
Majikannya merasa tak percaya dengan ibu dan kakak dari Wang karena perlakuan kasar yang mereka lakukan kepada Wang.
Siti mengatakan bahwa Wang sudah tidak lagi dianggap oleh keluarganya dan sering kali mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari keluarganya.
“Megang kakaknya gini aja, kakaknya nggak mau (melempar tangan). Kalau kita nonton bareng TV nih ya ibunya lebih sayang anjing ketimbang anaknya,” ucap Siti sembari menahan tangis.
“Kasarnya. Kita palin sebulan ada dua kali datang ibunya ke situ nengok. Ya bukan anaknya yang dipegang. Anak kan kalau kenal, otomatis kenal lah ibunya biarpun dia sakit kaya gini dia kaya gini (memperlihatkan mimik cuek) anjing yang dipegang, dianya (Wang) nggak,” lanjutnya.
Mengaku kerap melihat tindakan tersebut, Siti selalu pergi meninggalkan rumah karena merasa tidak tega melihat Wang diperlakukan kasar oleh istri majikannya.
Siti harus rela menganggarkan hingga RP3 juta per bulan untuk biaya perawatan Wang. Menurut penuturannya, ia harus menyediakan uang besar untuk keperluan sehari-hari dan obat.
“3 jutaan dah ya sama popok sama obat. Obat itu obat kejang, dia kan punya penyakit kejang, kalau gak mengonsumsi obat dia down, gak lepas dari obat. Kalau itu Rp1,2 juta atau Rp1,3 juta gak tentu,” tandasnya.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Siti membuka usaha toko di rumahnya. Dirinya juga menghidupi 3 orang anak yang juga dibantu oleh orang tua dari Siti.
“Anak tiga itu pun dibantu sama neneknya. Saya juga masih dibantu sama mama,” jelasnya.
(Red)*