Radarjakarta.id I INTERNASIONAL – Perang antara Rusia dan Ukraina yang pecah sejak 2022 telah meningkatkan risiko Perang Dunia 3. Indikasi tersebut bahkan sudah terlihat dari banyaknya yang terlibat secara tidak langsung dalam konflik tersebut.
Tingginya perhatian dunia atas perang tersebut diikuti oleh kehebohan yang muncul di media sosial. Sebuah akun TikTok yang mengeklaim sebagai “penjelajah waktu” membuat prediksi terkait Perang Dunia 3 (PD3).
“Trevor the Time Traveller” yang mengklaim dari masa depan di platform tersebut mengatakan tiga skenario di mana PD3 akan terjadi, yakni diprovokasi kejadian 21 Februari 2024, dimulai 29 Mei 2030 dan berakhir 2037.
“Ingat tanggal ini 21/2/2024 – sesuatu yang sangat besar akan terjadi,” tulisnya dikutip dari indy100, jaringan media Independent.
“29/5/2030 – perang dunia ketiga akan dimulai, berlangsung selama tujuh tahun antara utara dan selatan,” tambahnya.
“2037, perang berakhir dan ledakan bayi kedua terjadi, pertumbuhan populasi terlalu tinggi,” tutupnya.
Sayangnya tak ada dasar ilmiah yang menjelaskan ramalan itu. Hanya saja pemilik akun menyebut pesan yang dibuat datang dari dua dekade di masa depan.
“Kita tak punya banyak waktu,” ujarnya lagi tanpa bisa terverifikasi.
Sebenarnya ramalan perang dunia muncul di tengah makin tegangnya perang Rusia-Ukraina, yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan Barat serta China. AS dan sekutu diketahui menjadi pendukung utama Ukraina dalam perang.
China sendiri terseret karena kedekatan dengan Rusia. Pekan ini situasi AS dan China memanas, karena tudingan Washington bahwa Beijing tengah memikirkan membantu persenjataan Moskow melawan Kyiv.
Sementara itu, sebelumnya, kemungkinan akan terjadinya PD 3 juga muncul dari Asisten Artificial Intelligence (AI) Amazon, Alexa. Sebuah video, dimuat Daily Star, menggambarkan respon Alexa yang detail setelah ditanya kapan perang besar itu pecah.
“PD 3 dimulai pada 23 November 2023 pukul 18:05, ketika Rusia melancarkan serangan terhadap Jerman,” ujar Alexa Februari lalu.
Meski begitu, banyak pihak yang meragukan hal ini. Wakil Presiden Amazon Alexa, Steve Rabuchin, dengan jelas berkata bahwa jawaban Alexa dapat dipersonalisasi.
“Anda tidak perlu pengalaman membangun keterampilan atau pengkodean untuk memulai. Keluarga saya membuat keterampilan lelucon kami sendiri dalam hitungan menit, dan sangat menyenangkan berinteraksi dengan Alexa dengan cara yang benar-benar baru dan pribadi,” paparnya.
Meski demikian, jawaban Alexa ini sendiri muncul sesaat setelah Ketua Komite Militer pakta pertahanan NATO, Rob Bauer, mengutarakan kesiapan aliansi itu dalam menghadapi konfrontasi langsung dengan Rusia.
Dalam sebuah wawancara dengan TV RTP Portugal, Bauer mengatakan bahwa pihak NATO sudah mempersiapkan hal ini dengan membentuk sejumlah kelompok pertempuran di sepanjang sayap timur, termasuk dengan Slovakia, Hungaria, Rumania dan Bulgaria.
“Saya pikir itu adalah pesan penting bagi Rusia, bahwa postur kita telah berubah, untuk menunjukkan kepada mereka bahwa kita siap jika mereka memiliki ide untuk datang ke NATO,” ujar Bauer kepada media itu dikutip Russia Today kala itu.
“Ini adalah sinyal penting bagi Rusia bahwa kami siap jika mereka memutuskan untuk mengejar NATO. Ini adalah garis merah. Jika ada garis merah, maka Rusia-lah yang melintasi perbatasan kami,” tambah laporan lainnya dari media Ukraina, Ukrainska Pravda.
Mengutip tulisan Robert Farley, pengajar studi keamanan dan diplomasi di The Patterson School AS yang dimuat di 19fortyfive, awal ketegangan kemungkinan akan terjadi di Eropa dan Asia.
Khusus Eropa, titik panas yang dimaksud adalah Rusia dengan barat. Khusus Asia, peluang PD 3 bisa terjadi karena Taiwan yang melibatkan China dan AS.
Perlu diketahui, China menganggap Taiwan sebagai provinsinya, tetapi pulau itu sebaliknya. Meski belum mengakui kemerdekaan Taiwan, AS, merupakan pendukung utama Taipei, dengan menyokong sejumlah hal untuk pulau ini termasuk militer.
Lalu, kemungkinan lain terjadi di Iran dan Korea Utara (Korut). Iran diketahui membuat panas dengan program nuklirnya dan berseteru dengan Israel sementara Korut masih
berperang dengan Korea Selatan (Korsel), yang juga menyeret AS di dalamnya.
(Rul)*