RADAR JAKARTA|Sukabumi – Sebuah patung kura-kura raksasa di Alun-Alun Gadobangkong, Pelabuhanratu, menjadi sorotan publik setelah viral di media sosial dalam kondisi rusak. Patung yang terletak di kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini mengalami kerusakan parah, dengan bagian punggung belakang yang mengelupas dan memperlihatkan bagian dalamnya.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan bahwa patung tersebut diduga terbuat dari material kardus dengan rangka bambu. Hal ini memicu kontroversi, mengingat proyek pembangunan Alun-Alun Gadobangkong menelan anggaran Rp15,6 miliar dari APBD Provinsi Jawa Barat tahun 2023.
Kritik Publik terhadap Kualitas Proyek
Netizen ramai-ramai mempertanyakan kualitas pengerjaan proyek ini, terutama setelah ditemukan bahwa patung ikonik tersebut menggunakan bahan yang dianggap tidak tahan lama.
“Anggaran miliaran, tapi bahannya kardus?!” tulis salah satu pengguna Instagram.
Banyak komentar bernada serupa yang mempertanyakan transparansi penggunaan dana proyek ini.
Selain patung kura-kura, kerusakan juga terlihat pada trotoar, tangga, serta tembok penahan ombak di area tersebut. Lantainya mengelupas dan beberapa bagian mengalami retak akibat terjangan ombak besar.
Pihak Kontraktor Buka Suara
Menanggapi kontroversi ini, Imran Firdaus, perwakilan kontraktor proyek Alun-Alun Gadobangkong, menjelaskan bahwa mereka telah memenuhi kewajiban sesuai prosedur pengadaan barang dan jasa.
“Kami telah melakukan serah terima pertama pada Februari 2024, dengan masa pemeliharaan enam bulan. Serah terima kedua dilakukan pada Agustus 2024, sebelum akhirnya diserahkan ke Pemerintah Kabupaten Sukabumi pada September 2024,” ujar Imran.
Ia juga mengklarifikasi bahwa patung penyu tersebut memang menggunakan kardus sebagai media dalam pembentukan struktur sebelum dilapisi resin dan fiberglass.
“Penyu tidak terbuat dari cor atau batu, melainkan dari resin dan fiberglass. Kardus digunakan sebagai media agar resin bisa menempel,” tambahnya.
Lebih lanjut, Imran menegaskan bahwa pihak kontraktor telah melakukan perbaikan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh banjir rob. Ia juga mengajak masyarakat untuk ikut menjaga fasilitas di Alun-Alun Gadobangkong agar tetap terawat.
Dugaan Kerusakan Akibat Ombak Besar
Kerusakan yang terjadi di Alun-Alun Gadobangkong diduga akibat terjangan ombak besar yang mengikis struktur di kawasan tersebut. Ombak pasang disebut sebagai faktor utama yang menyebabkan kerusakan pada tangga, trotoar, hingga patung kura-kura.
Namun, publik tetap mempertanyakan ketahanan proyek ini, mengingat besarnya anggaran yang telah digelontorkan. Kritik pun terus mengalir terkait pemilihan material dan daya tahan infrastruktur yang seharusnya dirancang untuk menghadapi kondisi lingkungan pesisir.
Kesimpulan
Kasus ini menjadi sorotan besar, terutama terkait transparansi anggaran dan kualitas proyek yang menggunakan dana publik. Masyarakat berharap ada evaluasi lebih lanjut dari pihak berwenang agar kejadian serupa tidak terulang.
Sementara itu, kondisi Alun-Alun Gadobangkong yang baru selesai dibangun ini menjadi pengingat pentingnya pengawasan ketat dalam setiap proyek infrastruktur, terutama yang menggunakan anggaran negara.***
Viral! Patung Kura-Kura Rp15,6 Miliar di Pelabuhanratu Rusak, Materialnya dari Kardus?
