Tagar #KaburAjaDulu Viral: Sindiran Generasi Muda atas Kondisi Sosial-Politik Indonesia

banner 468x60

RADAR JAKARTA|Jakarta – Media sosial Indonesia kembali diramaikan oleh tren tagar yang tengah viral, yakni #KaburAjaDulu. Tagar ini mencerminkan respons generasi muda terhadap situasi sosial, ekonomi, dan politik di Tanah Air yang dianggap semakin tidak menguntungkan. Tren ini semakin menguat setelah sejumlah pejabat mempertanyakan nasionalisme diaspora serta mengkhawatirkan potensi brain drain dari Indonesia.

Tagar ini bukan sekadar tren sesaat, tetapi juga bagian dari fenomena yang lebih luas. Sebelumnya, berbagai gerakan serupa seperti #IndonesiaGelap, #PeringatanDarurat, #MahasiswaBergerak, dan #GejayanMemanggil telah digunakan publik untuk menyoroti isu-isu krusial, mulai dari kebijakan pemerintah hingga permasalahan sosial yang mendesak.

Fenomena #KaburAjaDulu dan Kekhawatiran Brain Drain

Dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM, Dr. Hempri Suyatna, menilai bahwa viralnya tagar #KaburAjaDulu mencerminkan sikap kritis generasi muda terhadap situasi sosial-politik di Indonesia. Menurutnya, banyak anak muda merasa negara kurang hadir dalam menyelesaikan berbagai persoalan rakyat, mulai dari efisiensi anggaran yang mengancam masa depan pendidikan hingga kurangnya kesempatan kerja yang layak.

“Saat ini, banyak generasi muda yang memilih keluar negeri untuk bekerja atau menempuh studi karena merasa lebih memiliki peluang di sana,” ujar Hempri pada Kamis (20/1). Namun, ia juga melihat bahwa fenomena ini bisa menjadi peluang jika mereka yang berkarier di luar negeri kelak kembali ke Indonesia untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional.

Sebaliknya, fenomena ini bisa menjadi ancaman jika diaspora Indonesia enggan kembali karena kondisi dalam negeri yang belum kondusif, terutama dalam hal ekosistem inovasi dan riset. “Insentif, gaji, dukungan regulasi, dan hak cipta di Indonesia masih kurang menarik dibandingkan negara lain, sehingga banyak ilmuwan muda memilih mengembangkan karier di luar negeri,” tambahnya.

Hempri menekankan bahwa pemerintah perlu memperbaiki ekosistem inovasi dan riset di dalam negeri dengan meningkatkan dukungan terhadap hilirisasi riset serta penciptaan lapangan kerja yang memadai. Selain itu, insentif bagi inovator muda harus diperkuat agar mereka tetap merasa memiliki peluang untuk berkembang di Tanah Air.

Tanggapan Pemerintah: Tantangan dalam Menciptakan Lapangan Kerja Berkualitas

Menteri Ketenagakerjaan Yassierli turut menanggapi maraknya tagar #KaburAjaDulu. Ia mengakui bahwa peluang kerja di luar negeri memang terbuka luas, terutama di bidang yang memiliki permintaan tinggi. Namun, ia menegaskan bahwa bekerja di luar negeri seharusnya tidak dianggap sebagai bentuk pelarian dari Indonesia.

“Kesempatan kerja di luar memang ada, tetapi yang terpenting adalah bagaimana pengalaman tersebut bisa menjadi modal bagi mereka untuk kembali membangun negeri,” ujar Yassierli di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (17/2).

Ia juga mengakui bahwa sulitnya mendapatkan pekerjaan layak di Indonesia menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya minat generasi muda untuk bekerja di luar negeri. Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk terus meningkatkan kualitas lapangan kerja dalam negeri agar masyarakat tidak merasa harus mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri.

“Tapi ini tantangan buat kita. Kalau ini adalah aspirasi mereka, ayo pemerintah harus menciptakan lapangan kerja yang lebih baik,” tegasnya.

Pemerintah berharap agar masyarakat tidak hanya berfokus pada pilihan untuk “kabur” ke luar negeri, tetapi juga mempertimbangkan bagaimana mereka bisa berkembang tanpa kehilangan rasa kepemilikan terhadap Tanah Air. Dengan ekosistem yang lebih baik, diharapkan diaspora Indonesia bisa kembali dan berkontribusi dalam membangun negeri.(*)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60