“Dengan ada pelatihan membuat pengelolahan sampah rumah tangga dengan menggunakan lubang biopori ini dapat bermanfaat menjawab permasalahan sampah organik di Pulau Panggang,” ungkap Sofiyah, dalam keterangan tertulis, Selasa (5/9/2023).
Selain itu Sofiyah berharap agar program tersebut dapat terus berkelanjutan dan dikelola dengan baik oleh masyarakat.
Sementara itu Ketua Tim Pengmas Program Pendidikan Vokasi Universitas Universitas (UI), Ari Nurfikri menambahkan penggunaan lubang biopori dalam mengurangi volume sampah organik dapat digunakan karena biopori merupakan lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme biota tanah seperti cacing tanah, perakaran tanaman, rayap, dan fauna tanah lainnya. Sebelumnya, lubang biopori hanya digunakan sebagai lubang penampung air.
Namun saat ini, lanjut Ari, lubang biopori dapat digunakan sebagai alternatif pengolah sampah, terutama organik.
Sampah organik tersebut dimasukkan ke dalam lubang biopori, lalu dibiarkan hingga menjadi kompos.

“Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. Lubang ini menjadi metode alternatif untuk meresapkan air hujan dan mengolah sampah organik. Kemudian, sampah yang dimasukkan ke dalam lubang akan memancing organisme di dalam tanah untuk membuat terowongan kecil sehingga air cepat meresap,” jelasnya.