Radarjakarta.id I JAKARTA – Pakar Komunikasi Politik dan juga Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo atau yang dikenal dengan Romo Benny mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menerapkan ideologi pancasila dalam kehidupan sehari hari terlebih kepada anak sejak usia dini.
Hal itu diungkapkannya saat mengisi Podcast yang di gelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Koordinatoriat Jakarta Barat bersama Host Teuku Faisal di Balai Wartawan PWI Jakarta Barat, Kantor Walikota ADM Jakarta Barat Gedung C1 Kembangan Jakarta Barat bekerja sama dengan Radio Nusantara Indovwt 109 Pelangi Room, Kamis (13/7/2023).
Romo Benny menjelaskan, pengamalan pancasila itu salah satunya harus ditanamkan pada anak sejak usia dini.Karena apa yang dilakukan orang tua itu akan menjadikan cermin bagi mereka anak anak.
“Contoh! kalau ada orang tua kesulitan untuk menyeberang jalan, kemudian anak anak itu datang untuk membantu, itu salah satu bentuk penghormatan dan saling tolong menolong. Contoh lain, Umpama naik bus kota ada orang tua, anak mudah mengalah untuk memberikan tempat duduknya kepada orang tua.Itu salah satu bentuk menghormati pada orang tua. Contoh-contoh kongkrit itu harus diajarkan sejak usia dini.”ujarnya saat menjawab pertanyaan dari Dida Widiani Guru SMAN 7 di Kota Bogor.
Romo Benny juga menambahkan bahwa saat ini sudah zamannya gadget, anak anak usia dini juga bisa di visual kan dalam bentuk vidio pendek atau animasi. Sehingga bisa menjadikan pendidikan roh model bagi anak anak diusia dini.
“Contoh-contoh kongkrit itu yang akhirnya menjadi kebiasaan. Kalau kebiasaan baik itu tidak ditanamkan sejak dini maka jangan salahkan anak-anak. Maka praktek itu bisa menjadikan pancasila. Dua, dia bisa menjadikan ideologi itu hidup dan ideologi kerja. idiologi hidup itu apa, Contoh”menghormati orang tua Gotong Royong, menghargai perbedaan, menghormati perbedaan, dalam perataan hari hari besar anak anak memberikan salam. Kan harus dididik melalui pendidikan usia dini.”ujarnya.
Lebih lanjut, Romo Benny memaparkan, ideologi kebijakan, kebijakan itu menjadi ideologi praksis lewat sebuah kurikulum. Kurikulum itu mesti diajarkan.
Romo Benny menyampaikan bahwa pemerintah telah menyiapkan cara mengajarkan pendidikan pancasila di tahun pelajaran baru ini, akan berisi 70 persen Praktek dan 30 persen pengetahuan. Karena itu nanti ada buku refrensi utama, buku untuk murid dan buku untuk guru. Buku itu akan jadi panduan dunia pendidikan mulai dari usia dini sampai SMA.
Romo juga menjelaskan bahwa Jawa Tengah menjadi percontohan untuk menerapkan buku yang dibuat BPIP dan Kementerian Pendidikan.
“Buku ini di tulis oleh hampir 200 penulis berkumpul dari seluruh indonesia menjadi buku rujukan ,buku untuk guru dan untuk murid, kami baru menyelesaikan revisinya. Sehingga diharapkan bisa siap di cetak. Provinsi Jawa Tengah menjadi projek pertama,” katanya.
Kalau kita melihat hasil surve dari berbagai perguruan tinggi diantaranya SETARA institute, UGM bahkan juga kompas di beberapa kota besar Jakarta Solo Padang, menunjukan bahwa 85 persen anak anak SMA mengatakan bahwa ideologi pancasila itu tidak menjadi ideologi permanen.
“Dan itu bukan menjadi kesalahan bagi anak-anak, karena pendidikan Pancasila hampir 25 tahun hilang sejak setelah reformasi. Pendidikan pancasila tidak menjadi pelajaran utama. Sudah diganti dengan PPKN, didalam PPKN dominasi yang lebih banyak tentang kewarganegaraan, Tapi pendidikan karakter tidak, ini lah akibatnya. Jadi inikan kesalahan rezim harusnya yang dikoreksi bukan membunuh pendidikan pancasila nya. Itu kan tidak objektif. Kita ini negara besar pendidikan ideologi itu harus ditanamkan. contoh kalau dulu kita setiap hari senin itu upacara bendera dsn lagu indonesia raya kita nyanyikan dan membaca bersama-sama teks pancasila, sekarang semua itu hampir punah. Jadi jangan salahkan anak-anak kita kalau tidak memahami pancasila dan wawasan kebangsan.Jangan salahkan generasi muda tapi yang salah para elitnya,” Tegasnya.
Dipertanyaan berikutnya untuk Romo Beny dari seorang Pegawai ASN di USU (Universitas Sumatera Utara) Fakultas Teknik, Surya Hidayat bertanya tentang LGBT atau tentang perilaku seks menyimpang yang sering dipertontonkan di media Sosial. Padahal sangat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu butir sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila ke 2 Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
“Ini memang dilematis, di satu sisi ada kelainan di seksualnya dan salah pergaulan, yang pertama kita tidak boleh mengunakan kekerasan karena mereka juga ciptaan Tuhan, yang kedua tidak boleh diekspose dan di sosialisasikan LBGT bukan gaya hidup. LGBT bertentangan, namun negara harus hadir. Karena mereka (LGBT) ada kelainan dan butuh bimbingan dan pengawasan khusus, karena pola pendidikannya yang salah, opsesi orang tua, kelainan maedis, tidak boleh hanya pendekatan sektoral, serra pendekatan fisioterapi,” Pungkasnya.
(Red)*