Radarjakarta.id | JAKARTA – Kisah nyata yang harus di apresiasi karena kejujurannya sebagai abdi negara, Dia adalah Bripka Seladi, bertugas menjadi anggota kepolisian di bagian pelayanan SIM di Malang, Jawa Timur selama 16 tahun lamanya. Kisahnya menyentuh hati karena rela nyambi jadi pemulung untuk tambahan penghasilan.
Tak cuma itu, yang lebih mengagumkan dari Bripka Seladi adalah ia sangat keras menolak suap.
Meskipun ia juga punya banyak utang kepada para tetangganya.
Namun, Bripka Seladi tetap teguh ingin menafkahi keluarganya dengan uang halal.
Dia tak malu menjadi pemulung demi mendapatkan uang tambahan untuk keperluan sehari-hari ketimbang mendapatkan uang dengan cara tidak benar
“Lebih baik jadi Pemulung jauh lebih jujur dan benar dari pada terima salam tempel dan suap,” ungkap Bripka Seladi belum lama ini.
Ia konsisten menolak suap, bahkan dalam bentuk kecil seperti pemberian kopi dari pemohon SIM.
Pria berusia 57 itu telah membuktikan bahwa integritas seorang polisi tidak hanya soal tugas, tetapi juga tentang menjalani kehidupan yang jujur dan bermartabat.
Fenomena itu cukup menarik perhatian warganet, mengingat memulung sampah adalah aktivitas kotor secara kasat mata. Namun, di balik aktivitas kotornya itu,
Bripka Seladi ingin menjadi polisi “bersih” yang tak mau menerima suap dan bekerja dengan jujur.
Seladi mengatakan, daripada melakukan praktik korupsi seperti menerima suap, pungutan liar, untuk memenuhi kebutuhan dan menutup hutang, dirinya lebih memilih memungut sampah sejak 2004.
Padahal, Seladi sendiri ada di posisi yang dikenal dekat dengan praktik suap, yakni sebagai petugas penguji para pemohon pembuatan SIM.
Seladi memilih bekerja sesuai prosedur yang ditetapkan, sambil menjalankan profesi sampingannya sebagai pemungut sampah. “Semua polisi saya kira baik, hanya ada beberapa oknum saja yang bekerja tidak sesuai prosedur, dan bagi saya lebih utama mendapatkan rezeki halal daripada harus melakukan pungli,” ucap Seladi.
Dari hasil memulung sampah, Seladi mengatakan, setiap hari bisa meraup tambahan penghasilan Rp 35.000 sampai Rp 50.000. Kegiatan itu masih ditekuni olehnya sampai saat ini.
“Alhamdulillah, cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, anak sudah besar, ada yang menjadi aparatur sipil negara (ASN), anggota polisi di Polda Malang, dan menyelesaikan kuliah sarjana S1-nya,” ucap Seladi.
Seladi mengatakan, apapun profesi seseorang bila dilakukan dengan baik dan telaten, tidak ada yang hina, selama didasari dengan kejujuran dan keikhlasan. | Harno*