Radarjakarta.id | ACEH – Rumah Teuku Bentara Pinueng Ibrahim dan Tjut Manyak terletak di Gampong Dayah Bubue, Kecamatan Peukan Baro, Pidie, tepatnya di belakang Keude Lampoh Saka (Peukan Baro).
Amatan sinarpidie.co, rumah tersebut saat ini tidak dihuni lagi dan sudah diwakafkan untuk Masjid Taqwa Lampoh Saka, beserta dengan halamannya.
Sebelum diwakafkan, rumah dan halaman tersebut adalah milik Cut Delima Kismi yang sekarang menetap di Neuheun Ujong Bate Aceh Besar.
“Rumah dan halamannya sudah saya wakafkan ke masjid sekitar lima tahun yang lalu,” kata Cut Delima Kismi, melalui telepon selular, pekan lalu.
Dia menjelaskan, asal-usul silsilah rumah adat tersebut. Kata dia, Bentara Pineung, sang kakek buyut, punya empat rumah.
“Di Lampoh Saka (Peukan Baro) ada dua, yaitu Rumah Sagoe (rumah pertama) dan rumah Geudong, sedangkan dua rumah lainnya terletak di Blang Paseh dan Pasi Ie Leubeu Kembang Tanjong. Nenek saya anak keempat. Sebenarnya rumah itu adalah Rumoh Aceh asli, tapi sudah direnovasi. Dinding di bagian bawah rumah awalnya dinding kayu lalu diganti menjadi dinding beton,” kata dia.
Rumah adat Bentara Pineung, di Gampong Dayah Bubue, Kecamatan Peukan Baro, Pidie, dalam Qanun Kabupaten Pidie Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pidie Tahun 2014-2034, diperuntukkan sebagai kawasan pariwisata budaya dan sejarah.
Struktur pemerintahan uleebalang
Struktur pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam, dalam Qanun Meukuta Alam Al-Asyi, terdiri dari Gampong, Mukim, Nanggroe, dan Sagoe.
Gampong dipimpin oleh keuchik dengan dewan musyawarah yang disebut dengan sebutan tuha peut dan teungku meunasah.
Mukim dipimpin oleh seorang imum mukim, yang juga merangkap sebagai pemimpin masjid kemukiman.
Nanggroe sendiri terdiri dari sejumlah mukim yang dipimpin oleh uleebalang yang bergelar teuku.
Sagoe berpusat di ibukota Pemerintahan Kerajaan Aceh. Aceh Lhee Sagoe: Sagoe XXII Mukim, Sagoe XXV Mukim dan Sagoe XXVI Mukim. Tiap-tiap sagoe dipimpin oleh Panglima Sagoe.
Di Pidie, terdapat dua federasi uleebang, yaitu federasi uleebalang XII dan federasi uleebang VI.
Federasi uleebalang XII terdiri Teuku Raja Pakeh, Teuku Bentara Ribee, Meuntroe Banggalang, Teuku Bentara Blang, Bentara Tjumbok, Bentara Titue di bagian barat yang dipimpin oleh Teuku Raja Pakeh. Kemudian di bagian timur Meuntroe Adan, Bentara Seumasat Glumpang Payong, Keujrueun Aron, Keujruen Truseb, Bentara Ndjong, Bentara Putu, Bentara Gampong Asan yang dipimpin oleh Meuntroe Adan yang bergelar Meuntroe Polem kemudian menjadi Lakasama Polem.
Federasi uleebalang VI terdiri dari: Bentara Keumangan (Panghulee Peunareu), Bentara Sama Indra (Mukim VIII), Bentara Pineung, Bentara Keumala, Panglima Meugeu, dan Bentara Gigieng. Federasi ini dipimpin oleh Bantara Keumangan.
Mr Teuku Muhammad Hasan
Teuku Bentara Pinueng Ibrahim adalah ayah dari Mr Teuku Muhammad Hasan. Dalam buku The Blood of the People—Revolution and the End of Traditional Rule in Northern Sumatra, sejarawan Anthony Reid menuliskan, Mr Teuku Muhammad Hasan lahir pada 1906. Ia merupakan putra sulung Teuku Bentara Pinueng Ibrahim.
Pendidikan dasar Mr Teuku Muhammad Hasan, pada usia 8 tahun, di Sekolah Rakyat (Volkschool) Lampoh Saka (Peukan Baro-red). Ia kemudian pindah ke Europeesce Lagere School (ELS), sekolah dasar Eropa di Sigli.
Menamatkan pendidikan dasar, ia melanjutkan pendidikan di Koningen Wilhelmina School (KWS) di Batavia dan tamat pada tahun 1928.
Dia juga menyelesaikan studi di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah kejuruan, tahun 1927 di Bandung dan Algemeene Middelbare School (AMS), sekolah menengah umum, di Jakarta.
Selepas itu dia memperoleh gelar Sarjana Muda dari Rechtschoogeschool tahun 1931. Dia melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi di Belanda, di Rijks Universiteit di Leiden dan lulus gelar Mr (Meester in de Rechten) pada November 1933.
Sang ayah, Teuku Bentara Pineung Ibrahim, pada 1931, membantu Teungku Daud Beureueh, pimpinan PUSA saat itu, mendirikan Madrasah modern, as-Saadah al- Abadiyah di Blang Paseh, Sigli.
Mr Teuku Muhammad Hasan merupakan Gubernur Wilayah Sumatra pertama setelah Indonesia merdeka. Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan. Di Aceh, Mr Teuku Muhammad Hasan mendirikan Universitas Serambi Mekah pada 1984. Ia meninggal dunia pada 21 September 1997 di Jakarta. | Candra Saymima*