MOJOKERTO, Radarjakarta.id — Di tengah sorotan publik terhadap gaya hidup glamor sejumlah advokat, Dewan Pimpinan Daerah Kongres Advokat Indonesia (DPD KAI) Jawa Timur justru mengambil langkah berani dan berbeda. Mereka turun ke alam, bukan ke hotel mewah melakukan “refreshment” dan refleksi nilai profesi di Camping Ground Alas Veenuz, Trawas, Mojokerto, pada Sabtu–Minggu, 18–19 Oktober 2025.
Dengan mengusung tema “Memeluk Bumi, Menjaga Keseimbangan dan Harmoni”, kegiatan dua hari ini menjadi simbol perlawanan terhadap budaya hedonisme yang mulai menggerogoti semangat pengabdian advokat.
Kembali ke Akar, Jauh dari Kemewahan
Ketua DPD KAI Jawa Timur, Adv. Roni Wahyono, S.H., M.H., menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar rekreasi, tapi gerakan moral.
“Kami ingin mengembalikan advokat pada hakekat hidup yang bersahaja. Ini momentum untuk merevitalisasi nilai kebangsaan dan profesionalisme di tengah liberalisasi organisasi advokat,” ujarnya dengan nada tegas.
Di alam terbuka, para advokat dari berbagai kabupaten/kota se-Jawa Timur duduk bersama, berdiskusi, dan berintrospeksi. Tak ada jas mahal atau meja rapat dingin yang ada hanya api unggun, tenda, dan kejujuran profesi.
Semangat Pancasila di Tengah Hutan
Kegiatan dibuka dengan upacara bendera yang dipimpin oleh Adv. Erman Umar, S.H., Penasehat KAI sekaligus mantan Presiden KAI 2019–2024. Ia menegaskan bahwa profesi advokat harus selalu berpijak pada Pancasila dan UUD 1945.
“Kegiatan seperti ini menyegarkan semangat Pancasila. Jangan sampai ketika advokat KAI kelak jadi pejabat publik, malah lupa melafalkan Pancasila,” sindirnya tajam disambut tawa peserta.
Teater dan Refleksi: “Rendezvous, Tunggu Aku di Pintu Surga”
Malam harinya, suasana berubah haru. Teater Themis DPD KAI Jatim menampilkan pertunjukan bertajuk “Rendezvous (Tunggu Aku di Pintu Surga)” sebagai penghormatan kepada para senior dan tokoh pendiri KAI.
Pertunjukan itu menyentuh sisi emosional peserta menggugah kesadaran bahwa advokat bukan sekadar profesi hukum, melainkan panggilan jiwa yang sarat tanggung jawab moral dan sosial.
Evaluasi Terbuka dan Gagasan Segar
Setelah pertunjukan, sesi koordinasi dan evaluasi organisasi berlangsung hangat. Kritik dan gagasan mengalir deras, menunjukkan dinamika sehat di tubuh KAI.
Adv. Aprillia Supaliyanto, S.H., M.M., Ketua Dewan Kehormatan KAI, menyebut kegiatan ini sebagai contoh nyata revitalisasi organisasi.
“Ini luar biasa. Harus dijadikan agenda nasional untuk menyatukan advokat muda dan senior agar memahami sejarah dan ideologi KAI,” tegasnya.
Menjaga Marwah Officium Nobile
Kegiatan ditutup dengan api unggun kebersamaan. Semua peserta berdiri melingkar, menegaskan komitmen menjaga marwah profesi advokat sebagai officium nobile profesi mulia dan bermartabat.
Mereka pulang bukan membawa sertifikat, tapi membawa kesadaran baru: bahwa kehormatan advokat bukan diukur dari kemewahan, melainkan integritas, solidaritas, dan keberpihakan kepada kebenaran.***











