PURWAKARTA, Radarjakarta.id – Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, M.Sc., bersama Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, melakukan panen komoditas hortikultura dalam program Agroforestry di Gunung Hejo, Subang, Jawa Barat, Sabtu (5/7/2025). Program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional.
Panen perdana ini mencakup berbagai komoditas hortikultura seperti cabai, tomat, dan terong. Seluruh hasil merupakan bagian dari sistem Agroforestry, yaitu pengelolaan terpadu antara pertanian dan kehutanan di lahan nonproduktif. Program ini digagas oleh Alumni Persada 92, bekerja sama dengan TNI AD, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, instansi kehutanan, PT Pupuk Indonesia, dan masyarakat setempat.
“Ini adalah salah satu program nyata yang akan membentuk 950 hektare kebun buah dan tanaman hortikultura melalui sistem Agroforestry. Program ini akan terus dilanjutkan bersama PT Pupuk Indonesia,” ujar Kasad.
Lebih lanjut, Kasad menjelaskan bahwa program ini merupakan bagian dari kerja sama antara TNI AD dan Pemprov Jabar, yang juga mencakup pembangunan dapur sehat, peternakan, penyediaan air bersih, serta akses jalan menuju sekolah.
Ia menegaskan bahwa keterlibatan TNI AD dalam ketahanan pangan bukan sekadar wacana. “Hasil panen sudah terlihat, masyarakat bisa bekerja, dan dengan swasembada pangan, Indonesia tidak perlu lagi impor,” tegasnya.
Program serupa juga dikembangkan di wilayah Purwakarta, Cianjur, Pangalengan, Pangandaran, Garut, dan Ciemas Sukabumi, dengan target 200 hektare per lokasi. Kelompok tani lokal dilibatkan guna menjamin keberlanjutan dan dampak ekonomi jangka panjang.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengapresiasi inisiatif tersebut. “Kepeloporan TNI ini mengajak masyarakat Jawa Barat untuk kembali mencintai tanah dan airnya. Tak perlu lagi impor jika setiap rumah memiliki tanaman dan ternak,” ujarnya.
Program Agroforestry Gunung Hejo menjadi bagian dari inisiatif TNI AD untuk mengubah lahan tidur dan kawasan hutan produksi terbatas menjadi lahan produktif, ramah lingkungan, dan bernilai ekonomi. Panen perdana ini menjadi langkah awal menuju pertanian terintegrasi yang dapat direplikasi di berbagai daerah demi mendukung ketahanan wilayah dan kemandirian ekonomi nasional.