RIAU, Radarjakarta.id — Lautan manusia memadati jantung Kota Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Kamis (12/6/2025), saat Festival Bakar Tongkang kembali digelar dengan semarak. Tradisi budaya masyarakat Tionghoa yang telah berusia lebih dari satu abad ini kembali menyatukan ribuan pengunjung dari berbagai penjuru Indonesia dan mancanegara dalam satu semangat: menjaga warisan leluhur dan merayakan harmoni.
Festival Bakar Tongkang merupakan salah satu dari 110 Karisma Event Nusantara (KEN) 2025 yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun ini, acara diperkirakan dihadiri lebih dari 50.000 wisatawan, dengan seluruh kamar hotel di Bagansiapiapi penuh terisi.
Kapal Harapan Dihantar ke Langit
Puncak ritual berlangsung khidmat dan meriah. Replika tongkang—kapal kayu berhiaskan ornamen merah dan kuning, sepanjang 3 meter dan tinggi 1 meter—diarak menuju lokasi pembakaran. Tongkang tersebut telah diisi berbagai persembahan seperti beras, jam dinding, dan benda-benda simbolis lainnya sebagai wujud syukur masyarakat kepada para dewa.
Ritual bakar tongkang ini diyakini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, khususnya mereka yang bermigrasi dari daratan Tiongkok pada tahun 1880, berlayar menggunakan kapal dan mendarat di Bagansiapiapi, dipandu cahaya kunang-kunang yang dipercaya sebagai petunjuk ilahi.
Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan yang turut hadir dalam perayaan menyebut tradisi Bakar Tongkang bukan sekadar ritual, tetapi doa yang membubung tinggi.
“Api menyala, harapan mengangkasa. Bakar Tongkang bukan hanya perayaan budaya, melainkan pengikat masa lalu dan masa depan dalam satu kesatuan kepercayaan dan identitas,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa festival ini mencerminkan harmonisasi budaya di Riau, di mana tradisi Tionghoa hidup berdampingan dengan kearifan lokal dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika.
“Perayaan ini bukti bahwa budaya Tionghoa membaur indah dalam marwah Indonesia yang majemuk. Huat ah!” serunya disambut riuh tepuk tangan pengunjung.
Bupati Rohil: Ini Lebih dari Sekadar Hiburan
Malam sebelumnya (11/6/2025), Bupati Rokan Hilir, H. Bistamam, membuka rangkaian acara dalam Malam Kesenian Bakar Tongkang di Gedung IP Plaza. Di hadapan ribuan tamu, ia menyampaikan apresiasi kepada masyarakat Tionghoa yang menjaga tradisi ini secara turun-temurun.
“Tradisi ini bukan sekadar hiburan. Ia adalah wajah gotong royong, cerminan identitas kultural dan simbol kekuatan kebersamaan masyarakat Rohil,” ujar Bistamam.
Ia juga menekankan bahwa sektor budaya dan pariwisata harus menjadi lokomotif penggerak ekonomi daerah, terutama melalui event seperti Bakar Tongkang yang membuka peluang bagi pelaku ekonomi kreatif, kuliner, hingga jasa pariwisata.
Keamanan Ketat, Ritual Berlangsung Kondusif
Untuk menjamin keamanan perayaan, Polres Rohil mengerahkan 338 personel gabungan, termasuk Tim Penjinak Bom (Jibom). Langkah pengamanan ini diawali dengan simulasi Tactical Floor Game (TFG) yang dipimpin Kapolres Rohil AKBP Isa Imam Syahroni.
“Kami ingin seluruh personel memahami titik-titik strategis dan bertugas dengan penuh tanggung jawab agar event nasional ini berlangsung aman dan tertib,” tegasnya.
Sterilisasi juga dilakukan di sekitar klenteng yang menjadi pusat ibadah dan tempat awal dimulainya arak-arakan tongkang.
Warisan yang Menyatukan
Festival Bakar Tongkang telah menjadi daya tarik pariwisata unggulan Riau sekaligus kalender budaya nasional. Lebih dari sekadar seremoni, ritual ini menyampaikan pesan abadi: bahwa sejarah, keyakinan, dan budaya dapat terus hidup bila dirawat bersama-sama.
Di bawah langit Bagansiapiapi yang diterangi cahaya api tongkang, ribuan mata menatap haru. Di tengah pekikan “Huat ah!” dan genderang budaya yang ditabuh, satu hal terasa jelas: warisan nenek moyang itu tak pernah padam ia menyala, dan terus menghangatkan persaudaraan. | Santi Sinaga*