Menjadi Lansia Mandiri dan Bahagia: Edukasi & Komunitas HLUN Ke-29

Menjadi Lansia Mandiri dan Bahagia: Edukasi & Komunitas HLUN Ke-29
dr. Soeharijanto Ary Siekadi, MPsiT, Direktur Indonesia Ramah Lansia DKI Jakarta menghadiri peringatan HLUN ke-29 yang digelar oleh Srikandi TP Sriwijaya di Jakarta.
banner 468x60

RADAR JAKARTA | Jakarta – Di tengah semakin tingginya angka harapan hidup, peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) ke-29 menjadi momentum strategis untuk merefleksikan bagaimana lansia di Indonesia dapat menjalani masa tuanya dengan sehat, bermakna, dan produktif.

Salah satu acara yang menggugah semangat ini digelar oleh Srikandi Tenaga Pembangunan (TP) Sriwijaya pada Minggu, 1 Juni 2025, di Hotel Azana Suite Antasari, Jakarta.

Acara ini tak sekadar menjadi perayaan seremonial, melainkan juga forum edukatif dan inspiratif tentang pemberdayaan lansia secara holistik.

Sosok yang turut menghidupkan semangat perubahan tersebut adalah dr. Soeharijanto Ary Siekadi, MPsiT, atau yang akrab disapa dr. Ary, selaku Direktur Indonesia Ramah Lansia DKI Jakarta

“Kegiatan seperti ini luar biasa positif. Saya melihat antusiasme para lansia yang luar biasa ini adalah bagian dari terapi sosial yang mencegah mereka dari kesepian dan depresi,” ungkap dr. Ary saat ditemui usai workshop.

Dr. Ary menegaskan bahwa kesepian merupakan salah satu penyebab utama depresi pada lansia, dan karena itulah interaksi sosial melalui komunitas menjadi sangat penting.

Menurutnya, kegiatan yang dinamis seperti ini adalah cara tepat untuk membentuk lansia yang aktif, tidak merasa sendiri, dan memiliki semangat hidup.

Salah satu pendekatan nyata dalam pemberdayaan ini adalah melalui Sekolah Lansia, program yang dipimpinnya. Sekolah ini bukan sekolah biasa.

Pesertanya berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari lulusan S2, S3, hingga profesor, menunjukkan bahwa keinginan untuk terus belajar tidak mengenal usia.

“Sekolah Lansia menjembatani mereka yang merasa kesepian di rumah. Di sini mereka belajar tentang kesehatan, berinteraksi sosial, dan memahami cara mengelola penyakit-penyakit yang umum di usia lanjut,” jelasnya.

Lebih dari sekadar belajar, sekolah ini juga menjadi ruang untuk menggali potensi diri dan keterampilan yang bisa dikembangkan menjadi sumber pendapatan.

Menurut dr. Ary, inilah yang disebut dengan dimensi vokasional lansia yaitu kemampuan untuk tetap produktif dan mandiri secara finansial di usia senja.

Salah satu tantangan psikologis yang kerap dihadapi lansia adalah Post Power Syndrome, yaitu kondisi ketika seseorang sulit melepaskan status sosial atau jabatan yang dimilikinya sebelum pensiun. Akibatnya, mereka kesulitan menyesuaikan diri dengan realitas baru.

“Jika kondisi ini tidak segera disadari, maka akan muncul kesenjangan emosional dan kesulitan diterima oleh generasi penerus,” ujar dr. Ary.

Solusinya? Kesadaran diri. Menurut dr. Ary, penting bagi lansia untuk membangun eksistensi baru dan menerima kenyataan hidup yang telah berubah. Komunitas menjadi ruang penting bagi proses ini, di mana lansia bisa terus berbagi pengalaman, menjadi mentor, relawan, atau bahkan wirausahawan komunitas.

Dalam menciptakan lansia yang sehat dan bahagia, dukungan keluarga menjadi elemen yang tak tergantikan. Dr. Ary menekankan bahwa lansia yang tinggal sendiri cenderung menarik diri dari kehidupan sosial, sehingga peran keluarga dan komunitas sangat diperlukan untuk mengajak mereka kembali terlibat aktif.

“Ketika mereka sudah punya komunitas, bisa berteman dan berbagi cerita, maka hidupnya jauh lebih baik. Di situlah letak kualitas hidup lansia yang sebenarnya,” ujarnya.

Dr. Ary mengapresiasi langkah Srikandi TP Sriwijaya yang mengemas HLUN sebagai ajang edukasi, bukan sekadar hiburan.

Ia menekankan bahwa kegiatan seperti ini seharusnya bisa membuka wawasan para lansia agar lebih paham tentang pola hidup sehat, cara mengenali penyakit, serta menggali keterampilan diri untuk tetap produktif.

“Kegiatan untuk lansia jangan hanya berisi makan-makan dan joget saja. Mereka perlu dibekali pengetahuan agar tetap berdaya, mandiri, dan merasa berarti,” tegasnya.

Sebagai penutup, dr. Ary menyampaikan pesan penuh makna bahwa menjadi lansia yang bahagia, sehat, dan produktif bukanlah sekadar cita-cita, melainkan hak yang harus diperjuangkan bersama.

“Dengan sinergi antara keluarga, komunitas, dan lembaga seperti Sekolah Lansia, Indonesia bisa mewujudkan masyarakat yang ramah usia di mana para lansia tidak dipinggirkan, tetapi dihormati sebagai sumber kearifan dan pengalaman hidup,” pungkasnya. ***(Guffe).

Foto Caption:

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60