RADAR JAKARTA|BOYOLALI – Di tengah derasnya arus digitalisasi dan maraknya ancaman moral generasi muda, Anggota MPR RI Didik Haryadi, S.T., S.H., M.H., tampil menginspirasi dalam Seminar Kebangsaan dan Sosialisasi 4 Pilar di SMA Negeri 3 Boyolali, Minggu (18/5/2025). Dengan tema menggugah, “Peran Pemuda dalam Meningkatkan Literasi Teknologi dalam Membangun Indonesia”, ia mengajak ratusan pelajar untuk bangkit dan bersikap bijak di era digital yang semakin kompleks.
Menghadirkan 150 peserta yang terdiri dari siswa, siswi, dan tenaga pendidik, Didik wakil rakyat dari Dapil Jawa Tengah V (Boyolali, Surakarta, Sukoharjo, dan Klaten) menekankan bahwa pemuda adalah benteng terakhir bangsa. Namun, benteng ini hanya akan kokoh jika ditopang oleh empat pilar kebangsaan: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Negara yang maju bukan karena sumber daya alamnya, tapi karena pemudanya kuat, berintegritas, dan melek literasi, termasuk literasi teknologi,” ujar Didik penuh semangat.
Namun, Didik tak menutup mata terhadap ancaman nyata yang kini mengintai generasi muda: judi online dan pinjaman online ilegal. Dua jebakan digital ini kerap menyeret pelajar dan mahasiswa ke jurang kehancuran ekonomi dan moral.
“Teknologi itu seperti pisau. Jika tak dikuasai, ia bisa melukai. Judi online dan pinjol bukan hanya ilegal, tapi juga menghancurkan masa depan pemuda,” tegasnya.
Didik mengingatkan pentingnya pemahaman terhadap undang-undang dan regulasi digital. Ia menyoroti bahwa kebutaan hukum dan teknologi membuka celah bagi eksploitasi data pribadi oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab bahkan oleh kekuatan ekonomi global yang ingin mengendalikan masyarakat.
Ia menutup orasinya dengan seruan yang menggugah hati:
“Pemuda harus jadi penguasa teknologi, bukan budaknya. Jadikan internet sebagai alat perjuangan, bukan jalan kehancuran.”
Kegiatan ini tak hanya menjadi ajang pembelajaran, tetapi juga momentum penting dalam membentuk generasi muda yang berkarakter nasionalis, cerdas digital, dan tahan terhadap arus negatif globalisasi. (*)