Tragedi Gontor 5 Magelang: Tembok Kolam Roboh, 4 Santri Meninggal, 25 Luka-Luka

banner 468x60

RADAR JAKARTA|Magelang — Duka mendalam menyelimuti dunia pendidikan tanah air. Sebuah musibah memilukan terjadi di Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 5 Darul Qiyam, Dusun Mangunsari, Desa Gadingsari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Tembok kolam penampungan air di lingkungan pesantren itu roboh dan menimpa puluhan santri yang sedang antre mandi menjelang salat Jumat.

Sebanyak 29 santri menjadi korban, dengan empat di antaranya dinyatakan meninggal dunia dan 25 lainnya luka-luka. Insiden ini terjadi secara tiba-tiba pada pukul 10.30 WIB, saat aktivitas pesantren berjalan normal.

Kementerian Agama (Kemenag) RI menyampaikan rasa duka cita mendalam. “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Doa kami panjatkan untuk para santri yang wafat semoga Allah SWT menerima mereka dalam kasih sayang-Nya dan menempatkan mereka di surga terbaik,” ujar Direktur Pesantren Kemenag RI, Basnang Said, Sabtu (26/4/2025). Ia juga mendoakan kesembuhan bagi para santri yang tengah dirawat dan memuji respons cepat semua pihak yang terlibat dalam evakuasi.

Menurut keterangan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edi Wasono, proses evakuasi berlangsung dramatis selama lebih dari 13 jam, dari pukul 10.30 WIB hingga 23.30 WIB. Evakuasi mengalami hambatan besar karena struktur bangunan beton yang berat dan padat.

Penyebab tragedi diduga kuat akibat longsor tanah di belakang area asrama yang mengakibatkan kolam penampungan air roboh. Saat itu, para santri sedang mengantre mandi di kamar mandi yang posisinya tepat di depan kolam tersebut.

Guru Senior Pondok Gontor 5, Muhib Huda Muhammadi, menjelaskan, “Pada jam 10.30 WIB, para santri sedang bersiap untuk salat Jumat. Tidak disangka, tembok kolam ambruk dan langsung menimpa area kamar mandi yang penuh santri.”

Korban yang berhasil dievakuasi langsung dilarikan ke RSUD Merah Putih Magelang. Direktur RSUD Merah Putih, dr. Leli Puspitowati, menyebutkan saat ini tiga santri menjalani rawat inap karena patah tulang, dan satu korban dirujuk ke rumah sakit lain karena membutuhkan perawatan khusus.

“Secara umum kondisi para korban membaik. Sebagian besar sudah dipulangkan ke pesantren,” ujar Leli.

Musibah ini menjadi peringatan penting tentang pentingnya pengawasan keselamatan bangunan di lingkungan pendidikan. Kemenag mengajak seluruh masyarakat untuk mendoakan para korban serta memperkuat solidaritas dan semangat gotong royong dalam menghadapi tragedi ini.

“Pesantren bukan hanya tempat belajar, tapi rumah bagi masa depan bangsa. Mari kita jaga bersama keselamatannya,” tegas Basnang Said.| Suyatmi*

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60