RADAR JAKARTA|Wonosobo – Suasana Alun-alun Wonosobo, Jawa Tengah, berubah semarak pada Minggu pagi (6/4/2025). Ribuan pasang mata terpaku ke langit, menyaksikan puluhan balon udara warna-warni terbang perlahan mengudara dalam puncak Festival Mudik 2025. Acara tahunan ini kembali digelar meriah dan menjadi magnet bagi wisatawan, pemudik, dan warga lokal selama libur Lebaran.
Sedikitnya 40 balon udara diterbangkan dari pusat kota, menghiasi langit Wonosobo dengan aneka motif unik dan penuh warna. Ribuan pengunjung memadati Alun-alun sejak dini hari untuk menyaksikan momen langka yang sudah menjadi bagian dari tradisi Syawalan masyarakat setempat.
“Balon-balon ini berasal dari seluruh kecamatan di Wonosobo. Kami bersyukur bisa kembali menghadirkan festival ini dengan meriah dan aman,” ujar Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat.
Festival Balon Udara telah berlangsung sejak 1 April dan mencapai puncaknya pada 6 April. Total ada 16 titik peluncuran di berbagai kecamatan, menjadikan festival ini bukan sekadar tontonan, tapi juga ajang silaturahmi budaya dan kebanggaan lokal.
Selain parade balon udara, pengunjung juga dimanjakan dengan beragam pertunjukan budaya, musik tradisional, hingga sajian kuliner khas Wonosobo seperti mi ongklok dan tempe kemul. Festival ini tidak hanya menggairahkan pariwisata, tapi juga menggerakkan ekonomi masyarakat.
Balon Udara Ditambatkan, Tradisi dan Keselamatan Dijaga
Penerbangan balon dilakukan dengan sistem tambat sesuai regulasi keselamatan penerbangan. Pemerintah Kabupaten Wonosobo bekerja sama dengan AirNav Indonesia dan Kementerian Perhubungan memastikan pelaksanaan festival tetap menjunjung tinggi aspek keselamatan, tanpa menghilangkan esensi budaya.
Direktur Utama AirNav Indonesia, Capt. Avirianto Sutarno, menjelaskan bahwa tradisi pelepasan balon udara di wilayah Wonosobo dan Pekalongan berisiko tinggi karena berada di jalur penerbangan padat, yakni jalur W45.
“Balon udara yang diterbangkan bebas bisa mencapai ketinggian hingga 30 ribu kaki dan membahayakan pesawat. Karena itu, sejak 2017 kami mengampanyekan sistem balon udara ditambatkan sebagai solusi,” jelas Capt. Avi.
Hingga Sabtu (5/4), AirNav mencatat penurunan signifikan jumlah Pilot Report (Pirep) atas balon liar di jalur penerbangan, dari 56 laporan pada tahun sebelumnya menjadi 21 laporan tahun ini. Ini menunjukkan efektivitas sosialisasi dan kesadaran masyarakat yang terus meningkat.
Kementerian Perhubungan sendiri telah mengatur penggunaan balon udara melalui Permenhub No. 40 Tahun 2018, yang mewajibkan balon ditambatkan dan tidak mengandung bahan mudah terbakar.
Sinergi Budaya dan Ekonomi Lokal
Sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya, AirNav Indonesia juga melaksanakan program CSR di Desa Khasanah, Wonosobo, mencakup pelatihan batik alami dan pengembangan UMKM kopi. Langkah ini bertujuan mendukung ekonomi lokal sekaligus memperkuat identitas budaya Wonosobo.
“Festival ini bukan hanya soal tradisi dan hiburan, tapi juga ruang kolaborasi dan edukasi bagi masyarakat. Kami akan terus mendukung inisiatif yang menyeimbangkan budaya dan keselamatan penerbangan nasional,” tutur Capt. Avi.
Sementara itu, Corporate Secretary AirNav Indonesia, Hermana Soegijantoro, menegaskan bahwa lembaganya sebagai satu-satunya penyelenggara layanan navigasi udara di Indonesia mengelola ruang udara seluas 7,7 juta kilometer persegi, dengan lebih dari 6.000 pergerakan pesawat per hari.
“Karena itu, kesadaran kolektif sangat penting. Tradisi bisa tetap hidup, asalkan dilakukan dengan aman,” ujar Hermana.
Festival Balon Udara Wonosobo 2025 menjadi bukti bahwa modernisasi tradisi tak harus menghapus nilai-nilai budaya, melainkan memperkuatnya dengan pendekatan inovatif dan kolaboratif. Dengan langit yang penuh warna dan hati yang penuh sukacita, Wonosobo kembali membuktikan diri sebagai destinasi budaya yang tak terlupakan di momentum Lebaran.
| Laporan: Burhan*
Editor: Redaksi RadarJakarta