RADAR JAKARTA|Jakarta – Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, melakukan pemantauan banjir dari udara menggunakan helikopter Polri pada Kamis (6/3). Langkah ini memicu perdebatan di media sosial, dengan sebagian masyarakat mempertanyakan keputusannya untuk tidak turun langsung ke lokasi terdampak.
Pemantauan udara dimulai dari Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Kebayoran Baru, sekitar pukul 08.20 WIB. Dari atas, Pramono meninjau kondisi sejumlah wilayah Jakarta yang sebelumnya tergenang banjir akibat curah hujan tinggi dan luapan air dari hulu, khususnya kawasan Bogor. Menurutnya, sebagian besar Jakarta sudah berangsur normal. Namun, ia juga menemukan beberapa titik rawan yang masih berpotensi mengalami penyumbatan.
“Kenapa pakai helikopter? Dengan cara ini, kita bisa melihat keseluruhan wilayah yang masih berpotensi mengalami penyumbatan. Ini membantu kami menyiapkan langkah antisipasi,” jelas Pramono saat ditemui di Balai Kota Jakarta, Jumat (7/3).
Namun, keputusan ini menuai kritik dari warganet. Banyak yang membandingkannya dengan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang sebelumnya turun langsung ke lokasi banjir di Bekasi dengan berjalan kaki dan mengenakan sepatu bot.
“Kalau Wapres naik helikopter pasti hujatan lebih deras dari banjirnya,” tulis seorang warganet. “Gibran jalan kaki cek banjir saja dihujat, apalagi kalau naik helikopter,” tambah lainnya.
Tak hanya memantau Jakarta, Pramono juga sempat meninjau banjir di Bekasi, yang menurutnya masih dalam kondisi kritis. “Problem serius ada di Bekasi. Airnya tidak bisa dikeluarkan karena minim pompa,” ungkapnya.
Menjelang potensi hujan deras pada 11-12 Maret, Pramono menegaskan bahwa Pemprov DKI akan meningkatkan langkah antisipasi untuk meminimalkan dampak banjir di ibu kota. “Kita harus lebih siap agar kejadian ini tidak berulang dengan dampak lebih besar,” tutupnya. (*)
Gubernur Jakarta Tinjau Banjir dengan Helikopter, Tuai Pro dan Kontra
