Masinton Pasaribu: Menghidupkan Kembali Sejarah Tapanuli Tengah yang Terlupakan

banner 468x60

Radarjakarta.id | JAKARTA – Sejak ditetapkan sebagai Bupati Terpilih Tapanuli Tengah oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Masinton Pasaribu langsung bergerak untuk menggali kembali sejarah dan potensi daerah yang akan dipimpinnya. Politisi PDI Perjuangan yang sebelumnya menjabat sebagai anggota DPR RI selama dua periode ini berkomitmen untuk mengangkat kembali kejayaan Tapanuli Tengah, yang menurutnya memiliki warisan sejarah luar biasa namun kerap terabaikan.

Meskipun sebagian besar hidupnya dihabiskan di perantauan, Masinton memahami bahwa Tapanuli Tengah bukanlah daerah biasa. Ironisnya, meskipun Indonesia telah merdeka hampir 80 tahun, kabupaten ini masih dikenal sebagai daerah miskin. Padahal, di abad ke-7, wilayah ini—khususnya Barus—sudah menjadi pusat peradaban Nusantara.

Dengan visi “Tapanuli Tengah Naik Kelas” yang menjadi jargon kampanyenya, Masinton optimistis dapat mengangkat derajat kabupaten tersebut bersama wakilnya, Mahmud Effendi Lubis, seorang purnawirawan perwira TNI AL.

Menggali Kekayaan Sejarah Tapanuli Tengah

Masinton menyadari bahwa Tapanuli Tengah tidak memiliki sumber daya alam berlimpah seperti kabupaten-kabupaten tetangganya. Pendapatan asli daerah pun relatif kecil. Namun, menurutnya, warisan sejarah yang dimiliki justru menjadi kekayaan yang tak ternilai.

“Barus sudah lama menjadi perbincangan para sejarawan dunia. Namun, belakangan ini, sejak 2022, para arkeolog menemukan hal-hal baru di Situs Bongal, yang lokasinya agak berjauhan dengan Barus,” ujar Masinton dalam sebuah wawancara di kediamannya di Ciracas, Jakarta Timur.

Penemuan di Situs Bongal sejak 2021 hingga 2022 mengungkapkan berbagai artefak berharga, di antaranya manik-manik kaca emas dan perak yang menyerupai temuan di Situs Pangkungparuk, Bali. Analisis menunjukkan bahwa benda-benda tersebut berasal dari abad ke-6 hingga abad ke-7.

“Benda-benda ini membuktikan bahwa bangsa kita adalah bangsa kosmopolit yang telah berinteraksi dengan dunia luar, termasuk Timur Tengah, India, China, bahkan Eropa,” tandas Masinton.

Lebih lanjut, hasil analisis arkeologis menunjukkan kemungkinan bahwa Situs Bongal sudah eksis sejak awal Masehi. Ekskavasi tahap kedua pada 2022 mengidentifikasi bahwa situs ini memiliki lapisan budaya yang lebih tua dari abad ke-7, berdasarkan analisis pertanggalan pada artefak kayu yang menunjukkan usia sekitar abad ke-6 M.

Di antara temuan yang menarik di Situs Bongal adalah koin dari masa Daulah Umawiyah dan Abbasiyah, keramik dari Dinasti T’ang, tembikar berlapis glasir asal Timur Tengah, fragmen kaca dari Timur Tengah, alat pengasah dari batu, berbagai temuan logam, manik-manik batu dan kaca, batu mulia, serta berbagai artefak yang berkaitan dengan pelayaran seperti kemudi kapal, fragmen kapal kayu, tali ijuk dengan simpul khas, dan lempengan logam berinskripsi Arab.

Revitalisasi Sejarah untuk Kemajuan Ekonomi

Masinton menyoroti paradoks yang terjadi di Tapanuli Tengah: kekayaan sejarah yang begitu besar justru tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat setempat.

“Selama ini, situs-situs bersejarah di Tapanuli Tengah belum dikelola dengan baik,” ujarnya. Oleh karena itu, ia bertekad untuk merevitalisasi situs-situs tersebut agar dapat menjadi destinasi wisata sejarah yang berkontribusi pada perekonomian daerah.

Sebagai langkah awal, Masinton telah menghubungi Menteri Kebudayaan Fadli Zon—yang dikenalnya sejak menjadi anggota DPR RI—untuk membahas pengelolaan situs-situs bersejarah di Tapanuli Tengah. Harapannya, upaya ini dapat mengembalikan posisi Tapanuli Tengah sebagai gerbang peradaban dunia sejak Abad Pertengahan.

“Kami mohon doa restu dari seluruh masyarakat Tapanuli Tengah agar daerah ini kembali menjadi pusat peradaban dan kebanggaan bangsa,” pungkasnya.

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60