Radarjakarta.id | JAKARTA – Jagat maya dihebohkan dengan informasi yang menyebut nilai tukar 1 dolar Amerika Serikat (AS) hanya Rp 8.170. Informasi tersebut muncul dalam hasil pencarian Google Finance pada 1 Februari 2025. Padahal, menurut data resmi perbankan dan layanan keuangan, kurs rupiah terhadap dolar AS masih berada di kisaran normal.
Bank Indonesia (BI) segera memberikan klarifikasi terkait fenomena ini. Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menegaskan bahwa angka Rp 8.170 yang terlihat di Google bukan kurs yang sebenarnya. Ia pun menunjukkan tangkapan layar dari Yahoo Finance yang mencatat kurs dolar AS terhadap rupiah masih di kisaran Rp 16.294 pada tanggal yang sama.
Senada dengan itu, Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, juga menegaskan bahwa data di Google Finance tersebut keliru. “Level nilai tukar USD/IDR Rp 8.100-an sebagaimana yang ada di Google bukan merupakan level yang seharusnya,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima detikcom pada Sabtu (2/2/2025). BI mencatat kurs dolar AS terhadap rupiah pada 31 Januari 2025 berada di Rp 16.312 per dolar AS. Saat ini, BI sedang berkoordinasi dengan Google Indonesia untuk mengoreksi ketidaksesuaian tersebut.
Sementara itu, informasi ini memicu perdebatan di media sosial. Kata kunci “Dollar”, “Error”, dan “1 USD” menjadi trending topic di platform X (sebelumnya Twitter). Beberapa netizen mempertanyakan keabsahan data tersebut, sementara lainnya menganggapnya sebagai hiburan semata.
Dugaan sementara menyebut bahwa angka Rp 8.170 yang muncul di Google Finance merupakan data lama, tepatnya dari 1 Februari 2009. Hal ini kemungkinan terjadi karena kesalahan sistem dalam menampilkan data historis.
Sebagai catatan, kurs dolar AS di angka Rp 8.000 memang pernah terjadi di era Presiden Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pada masa pemerintahan Megawati, kurs dolar AS sempat berada di kisaran Rp 8.900–Rp 10.200, dan menjelang akhir pemerintahannya stabil di sekitar Rp 8.000. Sementara itu, pada era SBY, kurs dolar AS sempat menyentuh Rp 9.000–Rp 10.000 akibat krisis finansial global pada 2007.
Kejadian ini menegaskan pentingnya verifikasi informasi sebelum mempercayai dan menyebarkan berita. Masyarakat diimbau untuk mengacu pada sumber resmi, seperti Bank Indonesia atau otoritas keuangan terpercaya, dalam memperoleh data nilai tukar mata uang.