Viral Tes Kehamilan Siswi SMA di Cianjur, Tuai Kontroversi

banner 468x60

Radarjakarta.id | CIANJUR – SMA Sulthan Baruna di Kecamatan Cikadu, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, tengah menjadi sorotan publik setelah tes kehamilan pada siswinya viral di media sosial. Pihak sekolah meminta sejumlah siswi untuk menjalani tes urine kehamilan setelah liburan semester. Kebijakan ini mendapat pro dan kontra, dengan beberapa pihak menganggapnya diskriminatif dan berdampak negatif pada kondisi psikis siswa.

Dalam video yang beredar, puluhan siswi terlihat mengantre untuk menjalani tes urine kehamilan. Didampingi guru perempuan, mereka memasuki toilet secara bergiliran untuk melakukan tes menggunakan alat deteksi kehamilan. Tes ini diklaim dilakukan sebagai upaya mencegah kenakalan remaja, terutama setelah masa liburan.

Kepala SMA Sulthan Baruna, Sarman, menjelaskan bahwa kebijakan tes kehamilan ini sudah diterapkan sejak dua tahun lalu, setelah kejadian seorang siswi yang hamil dan tidak melanjutkan sekolah setelah libur semester tiga tahun lalu. Tes ini dilakukan setiap selesai libur semester, dengan hasil yang hanya digunakan untuk evaluasi internal dan tidak diumumkan kepada publik.

Meskipun mendapat dukungan dari beberapa orang tua siswa, kebijakan ini menuai kritik dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), yang menilai bahwa tes tersebut bersifat diskriminatif karena menempatkan perempuan sebagai objek seksual. KPAI juga menekankan bahwa edukasi dan literasi terkait perilaku sehat dan reproduksi seharusnya menjadi prioritas, bukan tes semacam ini.

Di sisi lain, Komisi V DPRD Jawa Barat berencana untuk memanggil pihak sekolah untuk dimintai klarifikasi terkait kebijakan ini. Anggota Komisi V, Zaini Shofari, menilai tes kehamilan bagi siswi SMA bisa menimbulkan dampak psikis dan bertanya-tanya apakah metode ini efektif atau malah kontraproduktif. Zaini juga menyarankan agar pendidikan tentang kesehatan reproduksi lebih diutamakan daripada melakukan tes kehamilan yang dianggap diskriminatif.

Sementara itu, Sarman menegaskan bahwa pihak sekolah akan terus melanjutkan program ini selama mendapatkan dukungan dan dampak positif. Namun, polemik seputar kebijakan ini masih berlanjut, dengan banyak pihak yang mengharapkan pendekatan yang lebih edukatif dalam mengatasi masalah pergaulan bebas di kalangan remaja.

 

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60