Radarjakarta.id|Jakarta – Sosok Sugianto Kusuma alias Aguan, pemilik Agung Sedayu Group dan pengembang kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), dikenal sebagai figur yang penuh kedermawanan dan memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi. Meski beragama non-Islam, Aguan justru memiliki kontribusi besar dalam mendukung masyarakat Muslim, khususnya di kawasan PIK.
Pandangan positif ini disampaikan oleh Ketua Umum Barisan Ksatria Nusantara (BKN) Cak Ofi dan Ketua Harian Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Deni Sanusi BA dalam pertemuan mereka di kawasan PIK, Minggu (5/1). Keduanya sepakat bahwa Aguan adalah pribadi yang dermawan dan bijaksana, serta peduli terhadap keberagaman agama.
Pembangunan Masjid Terbesar di PIK
Cak Ofi mengungkapkan kekagumannya pada Aguan, terutama atas rencana pembangunan masjid terbesar di PIK 2 Zona A yang akan berdiri di atas lahan seluas 4,2 hektare. “Meski beliau non-Muslim, perhatian terhadap umat Islam sangat luar biasa. Bahkan di PIK, terdapat 17 lokasi ibadah yang disediakan untuk memudahkan umat Islam menjalankan salat,” ujarnya.
Ia juga membantah isu miring yang menyebut kawasan PIK tidak ramah terhadap umat Islam. “Saya membawa sembilan kiai untuk meninjau langsung ke lapangan. Semua isu negatif terbantahkan. Pihak PIK menjelaskan dengan transparan, dan para kiai menjadi saksi bahwa PIK justru mendukung kerukunan antarumat beragama,” kata Cak Ofi.
Dermawan Tanpa Pamrih
Cak Ofi menambahkan bahwa kedermawanan Aguan tidak hanya terlihat di PIK, tetapi juga di luar kawasan tersebut. Salah satu buktinya adalah pembangunan Universitas NU di Parung, Jawa Barat, yang didanai oleh Aguan dengan nilai mencapai Rp33 miliar.
“Saya dengar langsung dari Kiai Aqil Siroj, bahwa Pak Aguan tidak pernah memamerkan kedermawanannya. Beliau memberi dengan tulus, bahkan menundukkan kepala saat memberi bantuan. Ini menunjukkan nilai kemuliaan yang luar biasa,” ungkap Cak Ofi.
Senada dengan Cak Ofi, Ketua Harian PITI Deni Sanusi juga mengakui kepribadian mulia Aguan. Menurutnya, Aguan adalah sosok yang menjalankan ajaran agama Buddha dengan mengedepankan nilai kemanusiaan dan kedermawanan lintas agama.
“Pak Aguan membangun pesantren lengkap dari TK hingga universitas di Parung. Selain itu, selama pandemi Covid-19, beliau aktif memberikan bantuan tanpa batas waktu,” jelas Deni Sanusi.
Deni menegaskan bahwa prinsip bisnis yang dijalankan Aguan di kawasan PIK dan proyek strategis nasional (PSN) selalu mengutamakan keadilan. “Tidak mungkin di zaman sekarang beliau menjalankan bisnis dengan cara yang tidak baik. Pak Aguan lebih memilih konsep ‘ganti untung’ daripada ‘ganti rugi’, memastikan masyarakat yang terdampak proyek justru mendapatkan manfaat lebih,” tuturnya.
Deni Sanusi menilai, kontribusi Aguan dalam membangun tempat ibadah dan fasilitas pendidikan menunjukkan komitmennya untuk mendukung semua golongan tanpa memandang perbedaan agama.
“Bagi beliau, yang terpenting adalah menolong sesama. Prinsip itu dijalankan dengan konsisten, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan bisnis,” ujar Deni.
Dengan berbagai langkah nyata yang telah dilakukan, baik Cak Ofi maupun Deni Sanusi berharap masyarakat dapat lebih bijak dalam menilai sosok Aguan. “Pak Aguan adalah contoh nyata bagaimana kemanusiaan dan keberagaman dapat berjalan beriringan. Kita harus memberi apresiasi pada orang yang membawa nilai kebaikan, tanpa memandang perbedaan agama,” tutup Deni Sanusi.