Radarjakarta.id | TANGSEL – SMPN 8 Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, melakukan lockdown setelah puluhan siswa menderita penyakit menular cacar air dan gondongan. Para siswa menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan menghentikan aktivitas untuk menghindari penularan virus cacar air.
Sebanyak 43 siswa menderita cacar air dan delapan siswa terjngkit gondongan atau pembengkakan kelenjar ludah. Dua penyakit tersebut menular melalui media berbeda.
Kepala sekolah SMPN 8 Tangsel, Muslih menjelaskan awal mula penularan penyakit cacar air dan Gondongan kepada para siswanya.
Kejadian penularan terjadi selama ulangan tengah semester pada 23-27 September. Beberapa siswa yang sakit tetap masuk sekolah, yang kemudian mengakibatkan penyebaran penyakit ke siswa dari kelas berbeda.
“Kita mengidentifikasi dari situ, ternyata setelah hari berikutnya ada yang tertular di ruangan itu juga,” kata Muslih saat ditemui di SMPN 8 Tangsel, Setu, Tangerang Selatan, Selasa (22/10/2024).
Hingga 11 Oktober, tercatat 73 siswa sakit dengan keluhan beragam, termasuk batuk, pilek, demam, serta penyakit cacar dan gondongan.
“Data terakhir yang saya terima, itu dari temen-temen yang piket di tanggal 11 Oktober adalah yang sakit ada 73, dari yang sakit tidak cacar semua, tidak gondongan semua ada juga yang batuk pilek demam dan lain-lain,” kata Muslih.
Lebih lanjut, pihaknya langsung koordinasi dengan Puskesmas Setu dan Kranggan dilakukan untuk menangani situasi ini.
Berdasarkan rekomendasi puskesmas, SMPN 8 Tangsel akhirnya memutuskan untuk melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
“Kami melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dari tanggal 17 hingga 31 Oktober 2024,” ujar Muslih, saat ditemui di sekolah, Puspitek, Setu, Tangerang Selatan, Selasa (22/10/2024).
“Dari hasil koordinasi itu akhirnya munculah surat himbauan, puskemas keranggan ke sekolah, salah satu isinya diminta untuk PJJ untuk 14 hari. Dari himabuan puskesmas itu kami mengadakan PJJ,” tambahnya.
Sekolah juga melakukan upaya pencegahan dengan meningkatkan kebersihan dan penyemprotan disinfektan secara rutin.
“Baru dua kali penyemprotan disinfektan, dan akan kami lakukan secara berkala,” tutupnya. | Yudi Pranata*