Radarjakarta.id | JAKARTA – Wakil presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla atau JK Ingatkan pemerintahan yang akan datang, agar menunjuk menteri yang mengerti bidang yang menjadi tanggung jawabnya.
Dia berpesan kepada pemerintahan baru Prabowo Subianto untuk memilih Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atau Mendikbudristek yang mumpuni di bidang tersebut.
JK mengkritik kinerja Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim. Dia menilai eks bos Gojek itu tidak memiliki cukup pengalaman di dunia pendidikan. Nadiem dianggap tidak sebanding dengan menteri-menteri pendidikan sebelumnya yang memiliki latar belakang kuat di bidang pendidikan.
JK menyebutkan, sejumlah tokoh besar yang pernah menjabat Menteri Pendidikan, seperti Ki Hajar Dewantara, Muhadjir Effendy, Anies Baswedan hingga Prof. Muhammad Nuh memiliki pengalaman dan kompetensi di bidang pendidikan. Namun, ia menilai Nadiem, yang sebelumnya merupakan CEO Gojek, tidak memiliki latar belakang pendidikan yang memadai.
JK menyarankan agar pemerintahan selanjutnya lebih berhati-hati dalam memilih menteri pendidikan. Menurutnya, kalau kementerian dipimpin seseorang yang tidak mengerti pendidikan, meskipun anggarannya besar, hasilnya tetap akan mengecewakan.
“Di belakang pendidikan itu ada the man behind the gun, COO. Saya coba cari siapa menteri pendidikan selama ini. Ki Hajar Dewantara, orang hebat, dengan Taman Siswa cikal bakal prinsip pendidikan kira, Pak Soemantri (Brodjonegoro), Syarief Thayeb, Daoed Joesoef, semua orang hebat di bidang pendidikan, ada Pak Juwono (Sudarsono), Abdul Malik Fadjar, semua ahli pendidikan, Muhadjir Effendy, Pak (Mohammad) Nuh (eks) rektor ITS, Anies (Baswedan) (eks) rektor (Universitas) Paramadina,” seru JK dalam diskusi bertajuk ‘Menggugat Kebijakan Anggaran Pendidikan’ di Hotel Sheraton Gandaria City, Jakarta, Sabtu (7/9/2024).
JK mencontohkan, dalam membangun perusahaan, hal pertama yang perlu disiapkan yakni orang terbaik, kemudian programnya, lalu anggarannya. Untuk itu, ia menilai anggaran bukan hal pertama yang diperhitungkan, tetapi orang yang tepat untuk memimpin dan melaksanakan program, dengan mengefektifkan penggunaan anggaran.
Analogi tersebut menurutnya juga berlaku di bidang pendidikan Indonesia.
Sebagai penutup, JK menyatakan, sedikit stres karena ujian adalah wajar. Dikatakannya, lebih baik stres di sekolah daripada kesulitan mencari pekerjaan setelah lulus. (*)
.